Page

Total Tayangan Halaman

Kamis, 05 Januari 2012

RINGKASAN BEDHAYA KETAWANG

RINGKASAN
BEDHAYA KETAWANG

          Yang membuat bdhaya ketawang menarik adalah terkandung hal-hal yang memiliki daya khas, misalnya saja:
  • Tiba-tiba terdengar suara rebab yang digesek, mengiring keluarnya para penari dari dalam ageng praba suryana, menuju ke pendapa agung sasanasewaka. Tenang, sunyi dan hening. Sembilan penari dengan kihmat berjalan dengan pandangan mata yang penuh kesungguhan dan sikap yang agung, tidak lama terdengar suara suarawati yang mengalunkan lagu, suaranya yang jernih seolah-olah menembus kelunan asap dupa.
  • Suara gamelan yang mengiringi tarian bedhaya ketawang mengingatkan kepada kita tentang bait bharatayudha yang melukiskan meriahnya ala mini
  • Tak jauh beda dengan gurndawara candi/kuil tamil-chetty di sumatera dan singapura.

BEDHAYA KETAWANG dapat diklasifikasikan pada tarian yang mengandung unsure dan makna serta sifat yang erat hubungannya dengan: adat upacara, sakral, religius, tarian percintaan atau tari perkawinan
    1. adat upacara: bedhaya ketawang di tarikan bukan hanya untuk tontonan semata melaikan seluruh suasana menjadi sangat khudus, sebab tarian ini hanya di pergelarkan berhubungan dengan peringatan ulang tahun tahta kerajaan saja, sebagai upacara suci.
    2. sacral: bedhaya ketawang di pandang sebagai suatu tarian ciptaan ratu diantara seluruh makhluk halus, bahkan orang percaya setiap kali di tarikan, sang pencipta selalu hadir juga serta ikut menari. Hanya orang yang peka saja sang pencipta menampakan diri.
    3. religius: segi religius jelas dapat diketahui dari kata-kata yang dinyanyikan oleh suarawatinya. Antara lain ada yang berbunyi: …. Tanu astra kadya agni urube, kantar-kantar kyai,…. Yen mati ngendi surupe, kyai? (… kalau mati kemana tujuannya kyai?).
    4. tari pencintaan atau perkawinan: bedhaya ketawang melambangkan curahan cinta asmara kangjeng ratu kepada sinuhun sultan agung. Semua terlukis pada gerak-gerik tangan serta seluruh bagian tubuh, cara memegang sondher dan lain sebagainya, bahkan semua penarinya dirias sebagai lazimnya mempelai akan dipertmukan.

Aslinya pagelaran ini berlangsung selama 2 ½ jam. Tetapi jaman sinuhun paku buwana X diadakan pengurangan, hingga akhirnya menjadi 1 ½ jam.


SIAPAKAH PENCIPTA BEDHAYA KETAWANG?

Pertanyaan ini timbul, karena orang mulai berfikir, mengapa bedhaya ketawang itu dipandang demikian sucinya. Bersenandung lagunya pun dipantangkan.
Menurut tradisi, bedhaya ketawang dianggap sebagai karya kangjeng ratu kidul kencanasari, ialah ratu makhluk halus seluruh pulau jawa. Istananya di dasar samudera Indonesia. Pusat daerahnya adalah mancingan, parang tritis, di wilayah yogyakarta. Setiap orang yang percaya takut dan segan terhadapnya.
            Tetapi menurut R.T. Warsadiningrat (abdidalem niaga), sebenarnya kangjeng ratu kidul hanya yang menambahkan dua orang penari lagi, hingga menjadi 9orang, kemudian dipersembahkan kepada mataram.
            Menurut beliau penciptanya adalah bathara guru, pada tahun 167. semula di susunlah 1 rombongan, terdiri dari 7bidadari, untuk menarik tarian yang di sebut “lenggotbawa”. Iringan gamelannya hanya lima macam; berlaras pelog, Pathet lima, dan terdiri atas:

1.      gending       - kemarak 2, laras jangga kecil atau manis penulug
2.      kala              - kendhang
3.      sangka         - gong
4.      pamucuk      - ketuk
5.      sauran          - kenong.

Menurut G.P.H. Kusumadiningrat, pencipta “lenggotbawa” adalah bathara wisnu, tatkala duduk dibalekambang. Tujuh buah permata yang indah diciptakannya dan di ubah wujudnya menjadi tujuh bidadari yang cantik jelita, dan kemudian menari-nari, mengitari bathara wisnu dengan arah ke kanan.

            Menurut sinuhun paku buwana X, bedhaya ketawang menggambarkan lambing cinta birahi kangjeng ratu kidul pada panembahan senapati. Segala gerknya melukiskan bujuk rayu dan cumbu birahi, tetapi selalu dapat dielakan oleh sinuhun, kangjeng ratu kidul memohon sinuhun menetap di samudera dan bersinggasana di sakadhoma bale kencana.

Gending yang di pakai untuk mengiring bedhaya ketawang disebut juga ketawang gedhe. Gending ini tidak dapat dijadikan gendhing untuk klenengan, karena resminya memang bukan gendhing, melainkan termasuk tembang gerong.

            Bila akan ditinjau keistimewaan bedhaya ketawang, letaknya terdapat dalam hal:
1.      pilihan hari untuk elaksanaannya, yaitu hanya pada hari anggara kasih. Bukan pada pegelaran resinya saja, melainkan juga pada latihan-latihannya.
2.      jalanya penari di waktu kelur dan masuk ke dalem ageng. Mereka selalu mengitari sinuhun dengan arah menganan.
3.      pakaian penari dan kata-kata dalam hafalan sindennya. Pakaian: Mereka memakai dodot banguntulak. Sebagai lapisan bawahnya dipakai cindhe kembang, berwarna ungu, lengkap dengan pending bermata dan buntal. Riasan mukanya seperti riasan temanten putri. Sanggulnya bokor mengkureb. Lengkap dengan perhiasan-perhiasannya, yang terdiri atas: centhung, garudha mungkur, sisir jeram saajar, chundhuk mentul dan memakai tiba dhadha( untaian yangkaian bunga yang digantungkan di bagian dada sebelah kanan).
4.      kata-kata yang mengalun dari suarawati jelas melukiskan rayuan yang dpat merangsang asa birahi. Dari situ dapat diprkirakan bahwa bedhaya ketawang dapat juga digolongkan dalan “Tarian Kesuburan” di candi, yang inti sarinya menggambarkan harapan untuk mempunyai keturunan yang banyak.
5.      Gamelannya berlaras pelog, tanpa keprak. Ini suatu pertanda bahwa bedha ketawang ini termasuk klasik.
6.      rakitan tari dan nama peranannya berbeda-beda. Dalam lajur permulaan sekali, kita lihat para penari duduk dan menari dalam urutan sebagai berikut:
1.      Batak
2.      Endhel ajeg
3.      Endhel weton
4.      Apit ngarep
5.      Apit mburi
6.      Apit meneng
7.      Gulu
8.      Dhadha
9.      Boncit.

 
   7.  Bedhaya ketawang juga dapat dihubungkan dengan perbintangan, kata-kata pesindennya ada yang berbunyi: anglawat akeh rabine susuhunan, nde,  anglawat kathah garwane susuhunan, nde. SOSOTYA gelaring mega, susuhunan kadi LINTANG kuwasane. Artinya: dalam perlawatan susuhunan banyak menikah, dalam perlawatan susuhunan banyak permaisurinya,  permata yang bertebaran di langit yang membentang, susuhunan yang brkuasa, bak bintang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar