Page

Total Tayangan Halaman

Selasa, 20 September 2011

Hermeneutik First As Tragedy Than As Farce

Hermeneutik First As Tragedy Than As Farce
Adam Azano Satrio

            Tujuan utama penulisan buku ini jika dimaknai secara literal adalah, "mengambil krisis yang sedang berlangsung sebagai titik awal", untuk membongkar "inti utopia ideologi kapitalis", sebagai upaya untuk mengungkap kontradiksi sentral dalam tubuh kapitalisme itu sendiri, yang pada akhirnya berupaya untuk membuat kita harus membuka ruang pemikiran untuk bentuk baru dalam komunisme secara praksis.
Pembahasan pada bab 2 yaitu “ The Communist Hypothesis ” merupakan kelanjutan bab pertama yaitu “ It’s Ideology, Stupid! ”, yang menceritakan bagaimana kapitalisme global telah membuka kehancurannya sendiri pada peristiwa 9/11, dan menceritakan bagaimana kapitalisme telah berubah lebih “manusiawi” dan menjadi “cultural capitalism” seperti Starbuck yang dikatakan membeli biji kopi dengan harga pantas, dan menjualnya lagi, sehingga para konsumen bisa bertindak tak hanya sebagai konsumen semata tetapi juga sebagai konsumen yang memiliki nilai etik serta rasa keadlian, dan peduli dengan yang lainnya, yang dalam kasus ini petani kopi, sehingga dia melakukan “penyucian diri” dari konsumerisme, dan disadari ataupun tidak para konsumen tersebut telah masuk dalam ideologi kapitalis. Jika pada bab pertama buku ini menceritakan tentang kapitalisme, transformasinya dan tanda - tanda kehancurannya, maka pada bab selanjutnya Zizek membahas kebangkitan komunisme.
            Zizek menjelaskan secara eksplit bahwa hipotesis tentang komunisme harus bisa dipikirkan dan dikaji ulang, sebab bagi Zizek revolusi merupakan tindakan yang berulang, dan bukan tindakan yang sekali jalan, selain itu Zizek juga mengatakan bahwa para pemikir kommunis pada saat ini lebih bergerak dalam permasalahan idealisme saja, padahal komunisme meruparan landasaran pergerakan aktif dan nyata. Mungkin para pemikir komunis bisa mengatakan dan mengolok pemikiran Fukuyama yaitu “ End of History ” yang menyatakan bahwa liberal demokrasi merupakan akhir dan puncak sejarah. Pertanyaan utama pada saat ini apakah kita mau berdiam diri atau melawan kapitalisme yang terlihat “manusiawi” tersebut. mengingat ada 4 hal yang dilahirkan dari kapitalisme tersebut, yaitu kerusakan ekologi, privatisasi barang intelektual, pengembangan sains dan teknologi terutama dalam biogenesis, dan munculnya bentuk apartheid baru. Dalam tulisannya pula kita diberikan pilihan, apakah kita mau memilih sosialisme atau komunisme, sebagai jalan keluar dari sisa - sisa para kapitalis yang mau tidak mau harus berubah untuk menjadikan antagonism perjalanan kehidupa menjadi sempurna. Maka gerakan utama yang harus ada agar terwujudnya itu semua harus ada pergerakan yang bersifat “Pure Valuenterism” yang berdasarkan pada keadilan “Justice” dan kelompok inilah yang akan melakukan pergerakan dan perubahan secara universal, dan tidak menjadi sekedar sosialisme yang akan dikatakan oleh Marx sebagai komunisme yang vulgar dan pada akhir tulisannya dibutuhkan para pengerak yang benar – benar serius untuk melakukan perubahan tersebut.
            Di sini Zizek memang telah mengambil posisi sebagai seorang komunis, dan semua kritiknya serta ide - idenya tentang keadaan politik –terutama barat- telah dijelaskan, baik keadan resesi tahun 2008 hingga pemikiran komunisme yang harus diperhatikan dan dipikirkan ulang.
            Apa yang dapat kita simpulkan? Zizek bisa dikatakan sangat yakin dengan adanya perubahan yang menjadi lebih baik dalam sejarah dalam arahan terjadinya komunis. Dia tidak membahas politik strategis kecuali dalam masalah negara dan Revolusi Bolshevik dan teks-teks awal. Jika dugaan bahwa ia mengambil sesuatu dari Luckas, terlepas dari keyakinan pada pentingnya 'komitmen' itu adalah sisa-sisa saat Revolusi Rusia adalah sebuah 'kenyataan'. Maka ini masalah besar, untuk semua teori subjektivitas dan ideologi, bentuk disjungsi dan kondensasi dari antagonisme, ini semua bermuara bukan pada permasalahan struktural, tetapi pada tindakan-tindakan individu. Zizek telah membahas kekuasaan Soviet menceritakan birokrasi yang muncul itu sebagai permainan kekuasaan dari hari-hari terakhir Lenin. Menjadi masalah di sini tidak hanya bagaimana Lenin menilai sifat Birokrasi Soviet, tetapi diletakkan pada apa yang disebut rancangan Lenin tentang "kemampuan dan keberanian sebagai manipulator apolitis". Dari sejarah yang dia sadari tersebut maka dirinya mencoba untuk meramu pergerakan komunisme yang baru.
            Melalui judul buku ini sendiri yaitu First As Tragedy Than As Farce, ini bisa saya interpretasi menjadi dua hal, yang pertama adalah perjalanan hidup kapitalis, dan yang kedua adalah perjalanan komunisme itu sendiri. Dalam sisi kapitalis bisa dikatakan bahwa kapitalis yang pada awalnya menjadi tragedi dimana eksploitasi buruh itu terjadi dan menyebabkan kerugian pada banyak orang untuk kebahagian sebagian kecil orang, tetapi pada akhirnya kapitalis harus berubah menjadi lebih “sosialis” disinilah lelucon satir dan itu terjadi. lalu pada komunisme bisa saya gambarkan bahwa komunisme yang pada akhirnya dipikir selama ini telah “kalah secara tragis” mampu untuk bangkit untuk tertawa dan mengatakan bahwa dirinya hanya melakukan suatu lelucon saja.
            Semua harapan yang dia tulis terutama pada bab ke 2 memberikan gambaran yang jelas bahwa dirinya ingin melakukan perubahan dan penyadaran para pemikir komunis agar bisa melakukan aksinya, tidak seperti anak muda pemberontak yang menggunakan baju Che Guevara dan mengatakan revolusi di dalam kampus, tetapi pada akhirnya ketika sampai kehidupan masyarakat menerima keadaan disekitarnya dengan pasrah.
Jika penulis ingin menginterpretasi karya ini secara tekstual saja maka penginterpretasian akan berhenti sampai sini saja, tapi penulis ingin membongkar dan menginterpretasi lebih jauh apa saja interpretasi yang bisa muncul dari teks ini, dengan menggunakan hermeneutika berdasarkan kecurigaan.
            Sebagaimana kita ketahui hermeneutic of suspiciousness secara garis besar harus bisa mencari tahu berbagai macam alasan, mengapa seorang pengarang mengeluarkan suatu teks, sebab mungkin saja hal tersirat dalam teks yang dikeluarkan bukan tujuan utama dari tulisan itu sendiri, tapi ada tujuan lainnya. seperti seorang psikopat yang selama ini bersikap baik di depan kita, yang sebenarnya menunggu momen yang tepat untuk menusuk kita dari belakang, begitu juga teks yang di keluarkan oleh seorang pengarang.
Ada hal lain yang saya bisa katakana sebagai hal yang menarik, mengingat bahwa Zizek mengangkat permasalahan kapitalisme yang lebih “beretika” sebagai bentuk gaya kapitalisme yang baru, maka terbitnya buku ini seharusnya menjadi tamparan juga bagi dirinya sendiri . Mengingat tulisan ini merupan karya intelektual maka seharusnya tulisan tidak dikomersialisasikan. Tetapi buku ini ternyata dijual seharga $ 15 Dollar di toko buku online. Maka apakah mungkin karya ini sendiri merupakan Starbuck yang dia ceritakan itu sendiri? Apakah mungkin konsumen (terutama para pemuda yang berpikiran “kiri”) yang membeli buku ini mengharapkan bahwa dirinya menjadi lebih baik karena Zizek adalah pemikir kiri terkenal? Maka apa bedanya buku ini dengan starbuck yang di ceritakannya.
Di sini saya tergelitik untuk menerka – nerka. Apakah mungkin Zizek menjadi tidak konsisten dengan apa yang ditulis oleh dirinya sendiri? Mengingat kritik dirinya tentang terhadap para kapitalis, atau malahan dia sendiri menjadi seorang agen kapitalisme yang menjual ide – ide radikal tentang kebangkitan komunisme, dan pada akhirnya saya hanya bisa berkesimpulan bahwa radikal itu menjual, dan bahkan ide paling radikal seperti anti kapitalis bisa menjadi suatu komoditas kapitalis.
Tulisan ini menurut saya merupakan propaganda ideologi politik marxist untuk menyadarkan para revolusioner marxist dengan menceritakan gagalnya kapitalisme dalam menjamin kehidupan damai dan kesetaraan dalam semangat keegalitariannya. Disinilah letak kecurigaan saya terhadap dirinya. Sebagai mana kita ketahui, kecil kemungkinan manusia melakukan sesuatu tanpa tujuan yang menguntungkan dirinya sendiri. Zizek sebagai filsuf Marxist yang terkenal pada abad ini, mungkin telah menuliskan tulisan yang sangat bersemangat untuk menghidupi dan memberikan kesadaran untuk membangkitkan komunis dan memberikan harapan pada para pejuang revolusioner bahwa kehadiran komunisme bukan hanya utopia. Dengan tulisannya ini dia telah menjadi menjadi filsuf eksentrik dengan kehidupan bergaya rock star yang penuh semangat pemberontakan untuk membela kaum tertindas. Dirinya telah menjadi idol para pemikir muda berhaluan kiri, terutama di barat.
Apakah mungkin itu sebenarnya yang diinginkan Zizek? Yaitu bisa membangunkan para revolusionel yang tertidur? Atau mungkin dirinya menginginkan sesuatu yang diinginkan banyak orang pada umumnya? Yaitu Menjadi terkenal. Saya menyadari begitu terkenalnya Zizek sehingga para pecinta filsafat akan menempatkan dirinya sebagai filsuf penting  dalam abad ini, dan menjadi filsuf (yang mungkin satu - satunya) dibuat film tentang kehidupan dirinya sendiri yang berjudul Zizek! yang dibintangi dirinya sendiri.
Hal lain yang bisa saya bongkar adalah keyakinan terbesar dirinya bahwa komunisme adalah jalan keluar semua masalah di era globalisasi ini, bisa jadi disebabkan kegagalan dirinya untuk menjadi President untuk Slovenia, di mana partai yang menaunginya adalah partai Liberal Democratic.
Dari kenyataan pada paragraph di atas bisa saya tafsirkan kebencian Zizek dengan dunia demokrasi liberal, yang erat hubungannya dengan kapitalisme, bisa jadi disebabkan kegagalan partainya ,yang pada saat itu partai Liberal Democratic, untuk mendapatkan bangku kekuasaan. Sehingga Zizek balik menyerang ideologi gagal tersebut. Bisa saja ketika dirinya menang pada saat itu Zizek yang ada pada masa ini bukanlah Zizek yang kita kenal sekarang.