THE ECONOMIC BASIS OF HUMAN NATURE
(FILSAFAT MANUSIA KARL MARX)
disusun guna memenuhi tugas terstruktur
mata kuliah Filsafat Manusia
oleh
Adam Azano 0906522861
Rabia Edra A 1006771964
Heksa Tyas W 1006764391
Taufiq Rahmat H 1006771996
PROGRAM STUDI FILSAFAT
FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA
UNIVERSITAS INDONESIA
2012
Biografi Karl Marx
Karl Marx lahir di Trier, Prusia, 5 Mei 1818 dan meninggal di London, Inggris, 14 Maret 1883 pada umur 64 tahun. Marx merupakan seorang teoritikus terbesar pada masa revolusi industri dan sejarah perkembangan sistem ekonomi kapitalis kontemporer. Ia sangat peduli dengan reformasi sosial. Marx mempelajari ide-ide Hegel secara mendasar dan lebih dalam. Ia juga terpengaruh oleh ekonom Inggris Adam Smith dan Sosialis Prancis Saint Simon. Marx menjadi terlibat dengan organisasi praktis dari gerakan sosialis dan komunis, karena ia melihat tujuan pekerjaannya sebagai "bukan hanya untuk menafsirkan dunia, tetapi mengubahnya”. Ia yakin bahwa sejarah bergerak menuju revolusi dimana kapitalisme akan memberikan jalan untuk komunisme.
Marx mencoba mendidik dan mengorganisir kaum proletar. Ia diminta menulis pernyataan definitif mengenai tujuan dari gerakan komunisme internasional, hingga ia menghasilkan tulisan berjudul Manifesto of the Communist Party pada tahun 1848. Pada tahun yang sama juga terjadi revolusi yang gagal di banyak negara Eropa. Setelah kegagalan revolusi di negara-negara tersebut Marx mengasingkan diri ke Inggris kemudian menetap disana hingga datang masa tua dan kematiannya.
Alienasi Manusia: Peran Modalitas Atas Tenaga Kerja
Menurut Marx, semua faktor produksi pada akhirnya diubah menjadi tenaga kerja. Ia membedakan antara tenaga kerja aktif dan tenaga kerja pasif. Tenaga kerja aktif adalah tenaga kerja yang dikembangkan oleh para buruh selama proses produksi, tenaga kerja pasif adalah tenaga kerja yang diwujudkan dalam sarana produksi. Dengan demikian, sarana peoduksi yang dihasilkan membentuk hubungan natara generasi-generasi para buruh masa lalu, mas kini, dan masa depan.
Tenaga kerja pasif yang hadir bersama tenaga kerja aktif dalam proses produksi muncul sebagai kekuatan asing dan jahat, sebagai modal. Marx membedakan antara dua tahap dominasi modal atas tenaga kerja. Pertama, yang ada hanyalah “penggolongan formal” tenaga kerja dibawah modal. Kapitalis menindas para buruh melalui kepemilikannya atas sarana produksi tapi ia tidak memperluas dominasinya dalam proses produksi.
Tahap tersebut dapat diamati dalam sistem “penyingkiran” pada kapitalisme awal. Kapitalis menyediakan bahan-bahan bagi para buruh dan membayarnya untuk mengubah bahan-bahan itu menjadi produk siap jual, contohnya, wol menjadi pakaian. Tahap kedua, yaitu “penggolongan riil” tenaga kerja dibawah modal kapitalis melibatkan dirinya kedalam proses produksi. Perkembangan ini mencapai puncaknya dalam produksi pabrik dimana derajat tenaga kerja diturunkan sebagai perpanjangan mesin. Sementara dalam tahap pertama para buruh memiliki kebebasan bergerak yang sangat luas, sekarang ia harus bekerja sama dengan mesin dibawah supervisi yang ketat dan keras.
Pada tahap kedua, para buruh tertindas oleh modal. Berdasarkan kepemilikannya atas modal, kapitalis dapat mengambil untuk dirinya sendiri, bagian yang telah dihasilkan oleh para pekerja. Ada bentuk dominasi tambahan, dimana para buruh kehilangan semua otonomi dan kepuasan pribadi dari kerja. Kini, modal lebih dari sekedar klaim tentang surplus, ia telah menjadi kekuatan nyata yang mengurus semua energi dan menumpulkan semua bakat yang dimilikinya. Dalam terminology Hegelian: Roh Obyektif menguasai Roh Subyektif; dalam Bahasa Marxis: tenaga kerja pasif menguasai tenaga kerja aktif.
Menurut pemikiran Marx, ironi dan tragedinya adalah bahwa para buruh menjadi sarana untuk memperbudak dirinya sendiri. Barang-barang modal adalah produk-produk yang dihasilkan oleh tenaga kerja manusia yang pada gilirannya menguasai mereka yang membuatnya. Akar dari gagasan ini adalah kritik yang diambil dari Ludwing Feurbach. Marx mengasimilasikan kaidah tenaga kerja kedalam fiksi yang mencerminkan manusia sebagaimana diciptakan Tuhan yang, dalam realitas, mereka menciptakan diri mereka sendiri.
Alienasi sebagai kepasrahan yang berkaitan dengan penindasan tidaklah sama dengan penindasan itu sendiri. Alienasi yang ditambahkan pada penindasan memperkuat keyakinan pada diri sebagian para buruh bahwa kapitalis memiliki klaim yang sah terhadap surplus berdasarkan pemikiran sahnya atas sarana produksi. Kemudian kepemilikan ini terlihat sebagai sesuatu yang sah karena ia diturunkan dari penyediaan surplus secara sah pada masa-masa sebelumnya. Efektifitas penindasan kapitalis terletak pada kemampuannya untuk mengabadikan kondisi-kondisi dimana penindasan tampil sebagai fakta yang sah secara moral. Dalam konteks ini, alienasi tidak motivasi kepada para buruh agar menyingkirkan kapitalisme; malah, ia menumpulkan setiap bentuk motifasi yang dimaksudkan.
Teori Sejarah : Konsep Materialistis Dialektika Historis
Pada dasarnya Karl Marx mengadopsi teori dialektika Hegel ke ranah materialis. Teori dialektika Hegel bersifat ideal. Hegel menjelaskan tentang dialektika sejarah berupa relasi negasi antara tesis dan antitesis yang pada akhirnya dapat disatukan menjadi gagasan baru berupa sintesis. Gagasan Hegel menyangkut relasi antara roh subjektif dengan roh objektif. Sementara Marx lebih menyoroti fenomena sosial secara konkrit yang terjadi dalam masyarakat.
Marx membagi realitas sosial menjadi dua, basisstruktur (foundation) dan superstruktur (superstructure). Basisstruktur merupakan realitas sosial yang terdiri dari relasi-relasi ekonomi dan kegiatan (proses-proses) produksi seperti sumberdaya produksi, peralatan dan tata cara produksi, serta peralatan dan tata cara distribusi. Sementara superstruktur merupakan realitas sosial yang terdiri dari relasi-relasi ideologis yang bekerja di level kesadaran. Superstruktur berisi narasi-narasi besar seerti hukum, politik, seni, agama, moralitas, sastra, dan filsafat. Mekanisme yang mampu menguasai basis struktur akan menjadi suatu ideologi yang mampu menguasai realitas.
Menurut Marx basisstruktur telah dikuasai oleh mekanisme kapitalistik. Maka dengan sendirinya seluruh sendi-sendi kehidupan akan sulit terlepas dari kapitalisme. Jika basisstruktur telah didominasi mekanisme kapitalistik, maka superstruktur akan mengafirmasi dominasi tersebut. Keadaan masyarakat yang telah didominasi oleh mekanisme tertentu disebut Marx sebagai suatu masyarakat yang terjerat bangunan ideologi. Bangunan ideologi yang dimaksud Marx adalah kapitalisme. Kapitalisme mampu menstruktur masyarakat sedemikian rupa hingga masyarakat merasa dirinya dalam keadaan normal, wajar, dan baik-baik saja, padahal mereka mengalami kesadaran paksu (false consciousness). Mereka yang mengalami kesadaran palsu adalah masyarakat kelas proletar (buruh/pekerja). Sementara realitas yang sebenarnya telah dimanipulasi oleh kelas borjuis (pemilik modal).
Keadaran palsu merupakan suatu keadaan ketika kaum proletar menganggap semua kontribusi yang mereka berikan dalam bekerja pada kaum borjuis diaggapnya sebagai mekanisme yang normal, wajar, dan bisaa saja. Padahal pada kenyataanya kaum proletar telah diekspliotasi oleh kaum borjuis. Mereka dijadikan komoditi yang harganya sama dengan uang dan alat produksi. Menurut Marx, keadaan tersebut dapat berakhir ketika kaum proletar telah menyadari adanya eksploitasi terhadap diri mereka, kemudian mereka bersatu dengan kaum proletar lain dan melakukan revolusi. Revolusi yang dimaksud Marx adalah revolusi sosial yang mengubah struktur dan ideologi yang ada dari kapitalisme menjadi sosialis-komunis, dimana seluruh anggota masyarakat menjadi suatu masyarakat sama rata sama rasa yang tidak terbatas pada hak kepemilikan. Kondisi tersebut menurut Marx adalah kondisi ideal dan menjadi akhir sejarah bagi kehidupan manusia yang sebelumnya senantiasa terjerat oleh mekanisme ideologis.
Theory Of Human Nature
Apakah landasan yang dimiliki dari ekonomi, budaya, dan kehidupan manusia? Jawabannya aktifitas sosial. Marx mempercayai bahwa individu adalah hasil pengaruh sosialnya, dan karenanya hubungan sosial merupakan hal yang harus sangat disadari. Sehingga menurut pandangan Marx human nature yang sebenarnnya adalah totalitasnya dalam bergabung dalam interaksi sosial manusia. Dasar tersebutlah yang pada akhirnya mengijinkan bahwa kebenaran pada era tertentu bisa berubah pada era selanjutnya. Hal - hal sepertinya normal pada tempat tertentu bisa berbeda pada tempat lainnya.
Namun ada satu pernyataan universal yang tidak bisa ditutupi dari kehidupan manusia, kita adalah being yang berproduksi dan bekerja. Berbeda dengan hewan, dimana mereka bisa hidup dengan dirinya sendiri, tetapi manusia harus bertahan hidup dengan bekerja. Selain masalah keuntungan yang dibahas adalah permasalahan bahwa esensi manusia itu bekerja dan memproduksi karyanya, argument inilah yang mendukung pergerakan buruh, sebab mereka bekerja bukan karena keinginan sendiri namun karena keterpaksaan sehingga mereka harus menghilangkan semangat berproduksi mereka sesuai dengan keinginan dan kemampuannya sendiri.
Lalu pertanyaan selanjutnya tentang feminisme. Marx masih mempercayaai bahwa keluarga juga merupakan struktur yang dibangun atas dasar perburuhan, dimana perempuan dianggap sebagai yang termarginalkan, dikarenakan mereka yang harus menjaga rumah tangga terutama anak - anak.
Diagnosis
Permasalahan selanjutnya tentang alienasi, mengingat sebelumnya membahas permasalahan esensial tentang kerja, dikatakan pada eranya bahwa seorang buruh mengalami sebuah alienasi dalam bekerja. Sebab bekerja merupakan suatu keterpaksaan dan bukan suatu hasrat yang buruh itu inginkan.
Disaat mereka bekerja mereka harus melupakan kemampuan dirinya yang sebenarnya dia sadari, seperti seorang yang berbakat bermain basket tetapi harus kehilangan waktu untuk mengasah kemampuannya untuk menghabiskan waktunya untuk mengesol sepatu basket, yang pada akhirnya tidak pernah dia bisa beli, di perusahaan NIKE dengan upah minimum, demi memberi makan keluarganya. Disini buruh tersebut terkena alienasi terhadap dirinya sendiri yaitu dalam hal kerja. Mereka terpaksa bekerja untuk orang lain bukan untuk dirinya sendiri. Alienasi lainnya adalah terhadap apa yang mereka produksi. Setiap keringat yang mereka cucurkan, harus berkurang maknanya sebab mereka telah menyadari bahwa mereka menjual tenaga dan waktunya untuk barang yang mereka produksi, dan barang yang mereka produksi dianggap bukan bagian dari dirinya sendiri. Hal tersebut yang pada akhirnya menyebabkan manusia menjadi tak lebih dari sekedar asset dan nominal angka dalam rumusan akutansi untung rugi suatu perusahaan.
Kita bisa menggunakan ide Kant dalam rumusan etikanya saat membahas Marx, adalah salah untuk memperlakukan orang lain hanya untuk keuntungan ekonomi sendiri (berdasarkan maksim Kant , yaitu setiap orang memiliki keinginan bagi dirinya sendiri.). dalam buku ini juga diberikan contoh bahwa manusia harus mengingat bahwa produksi di peruntukan bagi manusia, bukan manusia sebagai alat produksi.
Review
Kapitalisme diceritakan menjadi sebuah kisah sukses, eksploitasi terjadi di beberapa negara, bahkan di negara maju dimana ada kecenderungan para pemilik perusahaan berkompetisi untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Pekerja dipaksa bekerja pada waktu yang lama dengan kondisi yang tidak layak. Pemerintah harusnya menaruh perhatian pada masalah ini tetapi seiring dengan lemahnya pengawasan, perusahaan-perusahaan kembali melaksanakan eksploitasi.
Jika alienasi merupakan problem sosial yang disebabkan karena sistem ekonomi kapitalis maka sistem tersebut harus dihapus dan digantikan dengan yang lebih baik. Menurut Marx, hal ini akan terjadi ketika kapitalisme terpecah karena kontradiksi di dalamnya dan revolusi komunis akan mengantarkan pada sebuah orde yang baru. Dalam gerakan Marxis juga terdapat kontroversi antara siapa yang perlu menunggu tahap sesuai dengan perkembangan ekonomi sebelum mengharapkan revolusi dan siapa yang menegaskan untuk bertindak tegas untuk mewujudkan revolusi, tapi mungkin tidak menjadi sebuah kontradiksi meskipun revolusi akan terjadi cepat atau lambat.
Marx berpendapat bahwa hanya revolusi sistem ekonomi yang sempurna dapat menyelesaikan masalah. Pembaruan dari kapitalisme misalnya seperti upah yang tinggi, jam kerja yang lebih pendek, dan pensiun menjadi perbaikan dari kerasnya sistem tersebut walaupun tidak dapat mengubah sifat dasarnya. Dengan dukungan dari Marx, akan membangkitkan gairah pekerja agar bersama-sama bekerja demi reformasi, meningkatkan kesadaran mereka, menciptakan solidaritas kelas, memungkinkan mereka untuk menyadari kekuatan mereka, dan dengan demikian mempercepat perubahan revolusioner.
Sedikit demi sedikit perubahan sistem ekonomi kapitalis terjadi, berawal dari British Factory Acts yang membatasi eksploitasi pada pekerja dan pekerja di bawah umur dan memberlakukan asuransi nasional, tunjangan pengangguran, layanan kesehatan nasional dan kemajuan serikat buruh dalam meningkatkan upah serta pengurangan jam kerja. Banyak langkah-langkah khusus yang diusulkan dalam Communist Manifesto mulai diberlakukan di negara-negara ‘kapitalis’, penghapusan pajak penghasilan, konsolidasi kontrol ekonomi di tangan negara, nasionalisasi industri besar oleh negara, dan pendidikan gratis bagi sekolah negeri. Sistem kapitalis yang tak terkendali perlahan memudar di sebagian negara berkembang, perubahan ini terjadi tidak dengan secara langsung dan besar-besaran melainkan dengan step-by-step. Tapi ini bukan membenarkan bahwa sistem yang baru ini merupakan sistem yang sempurna. Komunisme adalah solusi untuk penghapusan kepemilikan pribadi dan dianggap menjadi penjamin hilangnya alienasi dan benar-benar mendatangkan masyarakat tanpa kelas. Marx sangat kabur tentang bagaimana semua ini akan dicapai, tetapi cukup realistis untuk mengatakan bahwa akan ada masa peralihan sebelum transisi berlangsung dimana ini akan membutuhkan kediktatoran dari kaum proletar. Marx tidak memberikan alasan yang baik apakah masyarakat komunis akan benar-benar tanpa kelas atau mereka yang melaksanakan kediktatoren proletariat tidak akan membentuk sebuah kelas baru yang bisa saja membuat mereka menyalahgunakan kekuasaan. Karena tak ada dasar untuk mengharapkan sebuah perubahan ekonomi dapat mengeleminasi segala konflik kepentingan. Namun, kita dapat menyetujui unsur-unsur lain dalam visi Marx; penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi; pemendekan hari kerja; penyediaan pendidikan universal sehingga manusia dapat mengembangkan potensi mereka; visi masyarakat yang terdesentralisasi dimana orang bekerja sama untuk kebaikan bersama, semua ini merupakan cita-cita dari hampir keseluruhan orang walaupun pada kenyataannya masih banyak kendala ntuk mensinergikannya.
DAFTAR PUSTAKA
John Elster, 2000. Karl Marx, Marxisme-Analisis Kritis, Jakarta, PT Prestasi Pustakaraya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar