The Function And Field Of Speech And Language In Psychoanalysis
Oleh Adam Azano Satrio, 0906522861
Narasi
Pengantar
Jika kita mempelajari Lacan maka ada sebuah ajaran utama yang selalu akan kita pegang secara kuat, yaitu permasalahan simbol. Simbol bagi Lacan merupakan salah satu cara agar semua teorinya bisa menjadi satu. Dimana Lacan dalam tulisan ini ,the function and field of speech and language in psychoanalysis, membagi tulisannya menjadi sebuah pendahuluan dan tiga bab. Tulisannya ini berfokus pada permasalahan Speech dan Language dalam permasalahannya dalam psikoanalisa.
Dalam pendahuluannya Lacan memulai dengan membagi permasalahan dalam suatu pengerjaan psikoanalisa menjadi tiga hal, yaitu bagaimana imaginasi itu bekerja dan disusun dalam kajian psikoanalisa dan kemudian diinterpretasi, lalu konsep tentang libidinal object relation which, dengan cara menggabungkan hal yang baru tentang psikoanalisa dengan fenomenologi, dan yang terakhir adalah kemampuan seorang psikoanalisis tersebut untuk menganalisa. Dalam kajian psikoanalisa Lacan memperhatikan tentang bagaimana metode yang cocok untuk menganalisa psikologi manusia. Lalu Lacan menjelaskan bahwa teori yang dibuat oleh Freud harus dikembangkan karena teori tersebut telah usang dan harus diubah.
Empty Speech And Full Speech In The Psychoanalytic Realization Of The Subject
Saat proses penyembuhan melalui metode psikoanalisa Lacan menunjukan bahwa hanya ada satu media antara sang pasien dengan psikoanlisis dalam berkomunikasi yaitu melalui patient Speech, tetapi speech tersebut tak hanya terbatas apa yang tersampaikan, dan terlempar, bahkan yang tidak tersampaikanpun merupakan suatu speech. Inilah yang dikatakan oleh Lacan sering terlupakan dan diabaikan oleh para psikoanalisis. Lacan mengatakan bahwa subject membutuhkan perantara dalam menyampaikansesuatu dan apakah yang menyebabkan dia bertindak dan berkelakuan sesuatu tersebut. Memang dalam Freud seseorang dikatakan memiliki suatu pandangan bahwa manusia merupakan rekonstruksi dari alam bawah sadar, yang dibentuk pada masa kanak - kanaknya, tetapi Lacan mengganti bahasa Freud menjadi manusia dibentuk melalui suatu simbol, dan diperlukan suatu komunikasi agar simbol tersampaikan.
Lacan mengkritik model pemikiran psikoanalisa klasik yang mengatakan bahwa, hanya ada sang psikoanalisa yang bisa menginterpretasi “bahasa” yang dikeluarkan oleh sang pasien. Di sinilah sang psikoanalisi bergerak sebagai interpretator yang mengkonstruksi apakah masa lalu sang pasien serta berusaha melakukan suatu anamnesis, yang apabila hal tersebut sudah dirasakan, maka manusia tersebut dikatakan telah sehat, dan inilah salah satu kritiknya bagaimana mungkin masa lalu yang saya rasakan sendiri dan saya jalani, bisa dimaknai oleh orang lain? Maka lacan menjelaskan bahwa, seharusnya seorang psikoanalisis bisa membuat sang pasien mengingat apakah alam bawah sadar sang pasien, dan bukan dia yang membentuk apakah sebenarnya alam sadar sang pasien. Maka Lacan berusaha untuk mencoba menggunakan metode simbolik miliknya, dan setiap simbolik membutuhkan perantara, dan dalam kasus ini perantaranya merupakan speech, tetapi tidak hanya ucapan verbal saja, tetapi ucapan non-verbal merupakan suatu simbol, sehingga kita harus berusaha memahami, ataupun setidaknya menanyakan asal muasal simbol tersebut dalam speech tersebut. Permasalahan speech ini tidak hanya seperti ucapan yang bersifat logis saja, tetapi juga dengan bahasa simbolik, metafora, humor dan berbagai jenis lainnya.
Karena hal tersebutlah ucapan sangatlah penting dalam psikoanalisa, sebab ucapan merupakan satu – satunya alat bantu memahami secara dua arah. Dimana pasien akan mampu mengetahui dirinya sendiri tentang apa desire milik dirinya sendiri.
Symbol And Language As Structure And Limit Of The Psychoanalytic Field
Selanjutnya Lacan ingin menunjukan bagaimana simbol dan bahasa merupakan batasan yang ada. Kita mengetahui bahwa simbol merupakan hal yang menjadi penting dalam psikoanalisa Lacan. Dia mempertanyakan apakah sistem simbol dan bahasa itu merupakan sistem yang serupa, seperti yang dikatakan oeh para - para positivisme logis? Yang hanya hal yang dapat diferivikasilah yang bisa disampaikan dan dibahas? Sebenarnya semua sistem dan bahasa itu bergerak dan mengontrol manusia melebihi sistem logika. Lacan menganalogikan dengan anjing yang selalu diikat dan jika dibunyikan bel, maka anjing itu diberikan makan, sehingga setelah beberapa lama anjing tersebut akan terbiasa bersiap - siap untuk makan jika dibunyikan suara bel. Seperti itulah simbol bekerja yang bahkan lebih menariknya lagi simbol tersebutlah yang menjadikan dan memberikan makna pada diri kita,
Simbol jugalah yang membangun kerelasian antara manusia, seperti adanya kesamaan tetang keyakinan adanya reinkarnasi. Sehingga manusia pada akhirnya memakai nama ayahnya sebagai nama belakangnnya sehingga merasakan adanya sebuah relasi antara dirinya dan sang ayah, yang dalam fenomena ini dikatakan memiliki kesamaan dengan symptom Oedipus complex.
Language yaitu bahasa memiliki kegunaannya sendiri dalam psikoanalisis, dan hal sering terjadi adalah permasalahan komunikasi bahasa. Bahasa dalam Lacan tidak hanya diartikan sebagai huruf - huruf yang tersusun menjadi kata, tetapi segala hal yang dikeluarkan manusia, hingga ada suatu bahasa yang tidak bisa disusun dalam bentuk huruf dan kalimat yang dapat dimengerti secara harfiah namun dapat dipahami secara simbolik, seperti, oracles of anxiety, charm of impotence seal of self-punishment dan berbagai macam hal yang Freud katakana ini semua merupakan penderitaan yang muncul pada manusia beradab. Tapi dibutuhkan suatu landasan agar psikoanalisa yang terbatas ini memiliki sebuah landasan yang kuat dan saintifik.
Semua fenomena menunjukan bahwa simbol dan bahasalah yang membatasi semua gerak - gerik psikoanalisa sehingga secara metodis psikoanalisa dapat menggunakan bantuan linguistik, dimana linguistik dapat membantu psikoanalisa dengan memahami dan mengkaji bagaimana struktur - struktur yang ada itu terbentuk.
The Resonance Of Interpretation And The Time Of The Subject In Psychoanalytic Technique
Dalam teks ini, Lacan berusaha untuk menunjukan bagaimana proses interpretasi itu terjadi. Lacan menggunakan text Freud untuk memahami, bahwa imajinasi merupakan suatu alat bantu yang sangat penting untuk mendapatkan hasil interpretasi, dan imajinasi tersebut sangat erat dengan permasalahan subjektifitas.
Keadaan subjek yang membangun dirinya dan berusaha untuk mengucapkan segala bentuk imajinasi akan dibahas oleh sang interpretator. Lacan dalam kasus ini mengatakan bahwa semua sumber objek yang terkatakan oleh sang subjek tetaplah merupakan makna simbolik yang harus dan mampu diinterpretasi. Sang subjek merupakan sumber utama dalam pemabahasan, pembahasan kita tentang subjek dapat dilanjutkan dengan pertanyaan tentang, bagaimana kita dapat memahami subjek secara seutuhnya jika dibatasi oleh simbol - simbol yang ada? Dikatakan jawabannya adalah dengan memahami kesejarahan sang subjek.
Mengenai permasalahan kesejarahan dapat kita ketahui bahwa sejarah berkaitan erat dengan waktu. Maka Lacan menambah suatu fokus psikoanalisa dengan ketersadaran psikoanalisa tentang pentingnnya waktu, yang pada akhirnya bisa membongkar simbol - simbol yang berada di sekitar subjek yang membentuk dirinya. Ketersadaran psikoanalisa tentang waktu memang telah dimulai oleh freud, tetapi bagi lacan bukan hanya masa kecil, dimana masa anak - anak merupakan masa terpenting, tetapi dimulai saat hidup hingga subjek itu tidak bereksistensi dalam waktu.
Pada akhirnya karya tulis ini ditutup dengan kisah para Deva, sebuah perbincangan dengan Prajapatida, Manusia, dan Ashura,
dimana saat Prajapati mengatakan “Da”, maka para Seva menjawab “Engkau telah mengatakan pada kita : Damyata kuasai dirimu”, hal ini bermakna harus mengikuti peraturan kemampuan berbahasa.
lalu Prajapati kembali mengatakan “Da”, maka Manusia menjawab “Engkau telah mengatakan pada kita : Data, berikanlah”, hal ini berarti bahwa Manusia mengenal sesamanya dikarenakan ucapan.
Kemudian Prajapati kembali mengatakan “Da” kepada Asura, dan Asura menjawab, “Engkau telah mengatakan pada kita : Dayadhyam, untuk lebih menjadi penyayang”, hal ini berarti ada kekuatan terpendam yang sesungguhnya dalam ucapan namun harus ditekan.
Prajapati mengatakan untuk yang terakhir kali, “Da,Da,Da”, dan semuanya mengatakan bahwa, “Engkau semua telah mendengarkan aku.”
Komentar
Kita telah mengetahui semua bahwa Psikoanalisa dimulai oleh Freud, dimana psikoanalisa merupakan bidang ilmu yang mencoba membahas bagaimana psikologi manusia itu bekerja, dan berusaha menyembuhkan penyakit - penyakit kejiwaan dengan metode - metode miliknya. Namun ada anggapan bahwa psikoanalisa merupan suatu cabang ilmu non-sainstifik sebab secara konsep sains sendiri, kita dapat mengetahui bahwa sains membutuhkan objek yang objektif, dapat diukur, diulang dan diindrai, namun apakah psikologi manusia dapat masuk kedalam itu semua?
Kita dapat mengetahui, bahwa Lacan merupakan orang yang menghidupi kembali psikoanalisa dan berusaha membuat psikoanalisa lebih diterima oleh sains. Sebab psikoanalisa sendiri seringkali dikatakan sebagai pseudoscience dan sangat berbau mistik. Lacan berusaha untuk merubah pandangan tentang psikoanalisa tersebut, kita dapat mengetahui dalam teks ini pada bagian pertama dimana Lacan mengatakan bahwa dirinya memubutuhkan bantuan dari bidang ilmu lainnya. Seperti bidang lingustik. Tetapi Disini lacan berusaha untuk menjelaskan bahwa simbol, seperti bahasa merupakan struktur kaku yang sistemik, dan mau tidak mau psikoanalisa membuat kerjasama dengan bidang ilmu tersebut.
Pada bab pertama kita bisa mengetahui betapa pentingnya kemampuan berkomunikasi (speech) bagi ilmu psikoanalisa, sebab speech merupakan satu satunya media yang mampu menyambungkan maksud antara sang pasien dan sang psikoanalisis. Dikatakan bahwa speech tersebut tidak hanya terbatas pada kemampuan verbal saja yang terlontar dari sang subject, namun juga dengan apa yang tak terkomunikasikan, maka diperlukan psikoanalisa untuk menganalisis lebih dalam tak hanya dengan yang dapat kita tangkap secara gamblang tetapi juga dengan apa yang tak terkomunikasikan tersebut, sehingga pasien dapat mengetahui apakah desire miliknya tersebut.
Pada bab kedua dijelaskan bahwa psikoanalisa memiliki batasan yaitu simbol dan bahasa. Dimana simbol itu bekerja kepada tiap subjek, seperti seekor anjing yang terbiasa datang menunggu makanan pada jam tertentu. Sistem dan logika dari simbol tersebut mengatur bagaimana manusia harus bertindak agar bisa diterima oleh sekitarnnya. Salah satu kegunaan simbol yang paling terlihat ada pada nama belakang dimana simbol tersebut membuat kita merasa ada hubungan dengan leluhur kita, sehingga kita menyimpan nama tersebut. Selain itu dikatakan bahwa diri kita memang terkontrol oleh simbol - simbol dan bahasa - bahasa terseebut.
Pada bab terakhir dijelaskan tentang bagaimana suatu interpretasi itu terjadi dalam suatu analisa psikoanalisis dan mementingkan tentang waktu. Mengapa interpretasi analisis itu merupakan hal yang dilihat dari sudut pandang waktu? Kita harus mencoba kembali kemasa lalu diman psikoanalisa bersifat kaku dan hanya memiliki doktin Freudian yang utama, yaitu masa balita dimana manusia itu dibentuk oleh lingkungannya. Lacan melihat hal tersbut masih kurang lengkap. Dikarenakan Lacan melihat bahwa symbol bergerak dan mempengaruhi tak hanya sebatas masa balita, bahkan sampai sang subjek tersebut meninggal. Waktu merupakan hal yang mempengaruhi bagaimana simbol itu terbentuk, sebab setiap manusia memiliki temporality tersendiri dan unik.
Apa saja yang dapat kita pertanyakan ataupun kritisi dari teks ini? Hal yang paling umum kita bahas adalah, jika kita mengakui bahwa diri kita terkontrol oleh simbol - simbol tersebut kita juga telah mengakui bahwa diri kita seperti sebuah alat mekanik. Teori Lacan yang memfokuskan diri tentang subject yang membutuhkan suatu komunikasi dengan bahasa dan suatu simbol tertentu, yang secara tak langsung akan membawa kita kedalam permasalahan strukturalisme, dimana simbol tersebut bekerja dan mengontrol diri kita, dan jika kita berusaha melawan simbol tersebut, maka kita mau tidak mau akan menjadi sebuah anomali yang mengganggu,
Marilah kita berpindah sejenak dengan eksistensialisme, ajaran filsafat dimana eksistensi merupakan suatu tugas manusia dan membuat manusia itu bisa berbeda dengan Being lainnya. Kenapa saya ingin membawa eksistensialime dalam pembacaan teks saya terhadap lacan? Kita akan menyadari Lacan berpendapat bahwa, semua hal yang kita ketahui merupakan simbol, dan kita dikontrol olehnya, sehingga pilihan juga seharusnya merupakan hal yang telah terkontrol oleh simbol tersebut. Maka jika seorang manusia melakukan pilihan maka belum tentu pilihan tersebut merupakan pilihan otentik dirinya sendiri, sebab bisa saja pilihan tersebut merupakan hasrat The Other. Teori milik Lacan ini merupkan suatu pemotongan eksistensi manusia yang otentik, dimana symbol tersebut akan mengebiri semua keberadaan dan kebebasan eksistensi manusia, dimulai dari hal hal simbolik dari bahasa, sosial, metafora, hingga simbol yang lebih nyata seperti negara dan hukum.
Kesimpulan
Kita dapat mengetahui dalam teks ini bahwa psikoanalisa Lacan merupakan suatu psikoanalisa kritis, dimana Lacan berusaha untuk membaca Freud tanpa menggunakan narasi besar milik Freud. Sehingga dirinya bisa mengembangkan psikoanalisa Lacan menjadi lebih jauh dan lebih kompleks. Tidak seperti Freud yang hanya berhenti pada penelitian rekonsturksi sejarah subjek pada 0 – 5 tahun, dan berusaha membongkarnya. Maka Lacan mengembangkan persoalan tersebut menjadi hal lainnya dimana yang merepresi bukan hanya ada pada 0-5 tahun tetapi sampai sang subjek itu tidak ada. Disini kita dapat melihat, bahwa bahasa dan simbol merupakan kunci utama dalam teori Lacan, dan itulah yang kita hadapi sebagai subjek. Selain itu pada bagian komentar penulis berusaha menarik suatu pertanyaan yang sangat berat bagi kehidupan manusia, yaitu permasalahan eksistensi, dan akan mempertanyakan apakah ada eksistensi bagi manusia? Kita akan menyadari bahwa dalam teks tersebut simbol mengebiri kebebasan eksistensi kita. Maka pada akhirnya saya mengatakan bahwa teks ini saya artikan sebagai usahanya untuk mengembalikan dengan cara menghancurkan dan menyusun kembali psikoanalisa.
Dear Adam, saya sedang belajar di jurusan sastra inggris dan baru saja membaca Lacan, Ecrit (English version, tugas presentasi, untuk membantu memahami pendekatan psikoanalisis dalam menilai karya-karya sastra (termasuk sastrawannya). Terus terang karena tidak mempunyai latar belakang psikolohi, saya kebingungan memahami Lacan, khususnya pada pembahasan bab 3 ini, dan beruntung sekali saya menemukan tulisanmu, sangat membantu menjelaskan.
BalasHapusTerimakasih banyak telah menemukan dan membaca sharing pemahamanmu terhdap text tersebut,
salam
elisabeth
Terimakasih telah menaruh jejak, semoga berguna tulisan saya. terima kasih :D
Hapussip bro
BalasHapus