Page

Total Tayangan Halaman

Kamis, 30 Mei 2013

Lilith Dan Kepemilikan Tubuh


Lilith Dan Kepemilikan Tubuh
Oleh Adam Azano Satrio, 0906522861

Pendahuluan
Agama, diakui ataupun tidak merupakan metode pembentuk kesadaran manusia dalam proses kebudayaannya. Perkembangan doktrin agama itu sering dilandaskan pada kisah – kisah yang belum tentu benar secara historis ataupun benar secara saintis, namun doktrin tersebut bisa sangat melekat secara sadar ataupun tidak sadar dalam kesadaran manusia. Agama pulalah yang membangun fondasi kesadaran tentang kebudayaan patriakal dalam kehidupan manusia.
            Lilith, salah satu tema yang bisa diambil dan berpengaruh dalam kebudayaan patriakal dalam model agama “langit”. Sebagai sebuah mitos yang terbungkus dalam budaya judaisme yang bisa dianggap sebagai bentuk alternatif mengapa perempuan menjadi legal untuk di subordinasi oleh laki – laki karena mengandung kekuatan agama di dalamnya. Bentuk subordinasi ini merupakan bentuk yang unik dari sudut pandang agama samawi dimana perempuan yang menuntut kesetaraan adalah bentuk penyelewengan terhadap perintah “langit”.
            Pada kali ini penulis akan mengangkat tema Lilith dalam agama yahudi, yang penulis yakini secara tak sadar juga mempengaruhi agama samawi selanjutnya, dan membahasnya dengan menggunakan epistemology milik Kate Millet untuk membongkar persoalan feminisme.
Perihal Lilith
Permasalahan ada atau tidaknya pasangan adam sebelum Eva, yaitu Lilith dimulai dari pernyataan dalam kitab genesis dibawah ini
And God said, Let us make man in our image, after our likeness: and let them have dominion over the fish of the sea, and over the fowl of the air, and over the cattle, and over all the earth, and over every creeping thing that creepeth upon the earth. So God created man in his own image, in the image of God created he him; male and female created he them. Genesis 1: 26-27
Di dalam teks tersebut masih dapat ditafsirkan bahwa ada kemungkinan bahwa Tuhan menciptakan perempuan dengan citra yang serupa dengan dirinya, yang berarti memungkinkan bahwa perempuan pertama yang diciptakan bisa jadi memiliki keserupaan dengan pria.
Menurut kaum Yahudi dari tulisan Rabbi Ben Sira sebelum Eva muncul, Adam sudah memiliki pasangan bernama Lilith yang juga tercipta dari tanah. Permasalahan muncul ketika Adam dan Lilith ingin berhubungan seks, Lilith menolak untuk berbaring di bawah Adam dengan argumen bahwa mereka terbuat dari zat yg sama, yaitu tanah, sehingga memiliki derajat yang sejajar sehingga tidak pantas Adam memerintahkan dirinya. [1]Lilith kemudian kabur ke dekat laut merah, Adam kemudian melaporkan hal ini pada Tuhan yang akhirnya menugaskan tiga malaikat, yaitu Sanvi, Sansanvi, & Semangelaf utk menjemput Lilith untuk kembali ke surge, tapi Lilith menolak dijemput tiga malaikat tersebut.
Dikatakan karena Lilith membangkang maka Tuhan menciptakan kembali pasangan untuk Adam dari tulang rusuknya supaya lebih patuh, dan Adam tidak akan mengalami kejadian yang sama kedua kalinya, dan pasangan tersebut seperti yang kita kenal selama ini bernama, Eva. [2]
Analisa
            Menjadi hal yang menarik bahwa dalam mitos agama inipun perempuan sudah memiliki tugas essensial menjadi pembantu dan memiliki posisi di bawah laki – laki, dan bentuk protes terhadap hal tersebut dianggap oleh agama merupakan hal yang sudah lumrah. Bentuk penolakan opresi untuk mendapatkan kesetaraan yang dilakukan Lilith terhadap Adam untuk berada dibawah, secara literal ataupun metaphor, merupakan bentuk kesesatan dan perlawanan terhadap agama.
Kate Millet, seorang pemikir yang berasal dari Amerika. Kate Millet merupakan pemikir feminist radikal yang terkenal melalui karya disertasinya yang berjudul Sexual Politics. Kate Miller secara tegas melaui karyanya tersebut menentang bentuk kekuasaan politik yang telah dibangun oleh laki – laki. Menurutnya semua yang dirasakan perempuan pada masanya, merupakan dampak sistemik dari hasil karya sistem perpolitikan patriakal yang dibangun selama.

Kate Millet menganalisa dengan dasar epistemologi kecurigaan dalam literatur – literatur yang diciptakan laki - laki dan mengatakan bahwa anggapan dan stereotyping tentang perempuan terjadi di dalam literatur tersebut. Dengan menggunakan konsep epistemologinya penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam literatur tentang agama dalam kasus ini mitos Lilith memiliki hubungan dengan agama[3], terutama agama “langit”, telah terpatri bentuk stereotyping tentang tugas perempuan, yang telah terjadi semenjak dahulu. Yaitu tugas perempuan adalah menjadi pembantu laki – laki. Walaupun ada teks yang menunjukan kesalahan laki – laki dalam ketidakmauan mengakui bahwa ada kesetaraan perempuan dengan laki laki yang sah secara akal sehat, seperti argumen yang  dilakukan Lilith kepada Adam bahwa keduanya berasal dari sumber zat yang sama, yaitu tanah dan citra Tuhan, tetapi hal tersebut dibungkus dengan pernyataan bahwa tetap saja perempuan salah dan pada akhirnya dihukum oleh Tuhan. Selain itu pernyataan bahwa Lilith yang sebenarnya memiliki tubuhnya sendiri menjadi “berdosa” karena tidak mau menuruti kemauan Adam. Terlihat bahwa kepemilikan tubuh perempuan atas tubuhnya sendiri akan menjadi suatu permasalahan yang akan ditentang dan dipermasalahkan dalam pola pikir pemikiran patriakal, yang tidak ingin keadan suproritasnya terganggu[4].
Teks dan keterangan tentang Lilith ini menurut penulis menjadi penting karena tidak adanya alternatif teks yang berbasis agama “langit” yang mampu memberikan penilaian dasar tentang kesalahan pola pikir patriakal yang kuat.[5] Selain itu adanya teks ini bisa menjadi pintu masuk, yang selama ini sebenarnya tidak tertutup, terhadap posisi perempuan dalam ajaran agama “langit”.
           



[1] Adam and Lilith immediately began to fight. She said, ‘I will not lie below,’ and he said, ‘I will not lie beneath you, but only on top. For you are fit only to be in the bottom position, while I am to be the superior one.’ Lilith responded, ‘We are equal to each other inasmuch as we were both created from the earth.’ But they would not listen to one another. Alphabet Ben Sira http://jewishchristianlit.com/Topics/Lilith/alphabet.html
[2]And the Lord God caused a deep sleep to fall upon Adam, and he slept: and he took one of his ribs, and closed up the flesh instead thereof; And the rib, which the Lord God had taken from man, made he a woman, and brought her unto the man. -Genesis 2:21-22

[3] Penulis mengambil langkah teks suci harus mampu didesakralisi, dengan tujuan mampu memberikan alternatif penilaian dalam kasus ini.
[4] Penulis berspekulasi bahwa hal inilah yang menyebabkan teks suci tersebut kemudian mengangkat Eva menjadi contoh perempuan yang lebih baik dibandingkan Lilith, selain kepimilikan tubuhnya berasal dari laki – laki juga digambarkan bahwa perempuan seperti Eva adalah sosok yang penurut terhadap Adam
[5] Mengingat bahwa yahudi dalam sejarah agama “langit” merupakan permulaan sistemik yang pada akhirnya berujung pada ajaran Kristiani dan Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar