UTS FENOMENOLOGI
Oleh Adam Azano Satrio, 0906522861
1. Perbedaan
utama dalam intensionalitas Edmund Husserl dengan Franz Brentano terletak pada
keluasan dalam mengkaji kesadarannya. Pada Franz Brentano penjabaran
intensionalitas berhenti pada penjelasan psikologi deskriptif, dimana persoalan
kesadaran hanya menjelaskan gejala - gejala dari suatu kondisi fenomena.
Misalnya tindak kesadaran orang yang bahagia dapat dilihat dari tingkah laku
yang riang dan gembira atau usaha mendeskripsikan tindak kesadaran suka,
sayang, dan cinta. Dengan kata lain yang dilakukan oleh Franz Brentano
merupakan taksonomi deskriptif dari suatu kesadaran yang hadir secara intuitif
dan mimiliki nilai imanensi di dalam objek yang disadarinya.
Intensionalitas menurut Edmund Husserl lebih jauh dari
itu, dirinya tidak berhenti pada taksonomi deskriptif, tapi membongkar tindak
kesadaran itu sendiri, yang bisa dilanjutkan hingga penjabaran bahwa
intensionalitas sebagai cara hidup yang membangun relasi yang bersifat
intersubjektif. Intersubjektifitas tersebut mampu mengijinkan pembahasan tindak
intensional (noesis) dan hal yang
diintensionalkan (noema) untuk
dibahas dan dianggap bersifat timbal balik. Hal tersebut mengijinkan
identifikasi suatu fenomena yang dihayati seseorang bisa dipengaruhi hal
seperti motivasi, intelejensi dan emosi. Selain itu tindak intensionalitas memiliki
potensi yang bersifat antisipatif, seperti ketika kita melihat sisi suatu
kubus, kita mengantisipasi keberadaan sisi lainnya yang belum kita lihat. secara
konkret dan tidak bersifat dikotomis murni. Hal tersebut membuat masalah
kekonkretan atau tidak konkretan suatu objek menjadi tidak ada, karena intensionalitas
milik Edmund Husserl telah menyamaratakan fenomena yang tampak sebagai hal suatu
yang secara langsung dirasakan oleh pengamatnya.
2. Fenomenologi yang
bercirikan kehidupan yang dihayati dan dialami, tidak berbicara tentang persoalan
normatif seperti baik, buruk, benar, atau salah, seperti naturalisme dan
psikologisme dalam pandangannya mengenai fenomena untuk dihayati.
Fenomenologi lebih melihat fenomena sebagai cara
berkehidupan, berbeda dengan naturalisme dimana kehidupan dipandang sebagai
suatu tindak mekanis biologis. Seperti contoh fenomena kecemasan dalam
naturalisme tidak mungkin diartikan sebagai keadaan penuh keputusasaan akan
suatu hal yang tidak beralasan secara saintifik, melainkan hanya bisa diartikan
sebagai kondisi yang dirasakan tubuh ketika hormon - hormon pembawa kebahagiaan
seperti dopamin berkurang. Hal yang dilakukan naturalisme tersebutlah
menyebabkan kekayaan pengalam kehidupan dalam memaknai suatu hal hanya sebatas
hal empirik dan aktual, sehingga hal yang bersifat non-empirik dan non-aktual
tidak bisa diperbincangkan yang berakibat bahwa pembahasan tentang keadaan
seseorang seperti yang mengalami “hari yang sendu.” Tidak dapat dikaji.
Sedangkan pada psikologisme kehidupan terlalu dipandang
sebagai hal kausalitatif yang berhenti pada pandangan behavioristik. Dimana
kehidupan sering kali disamakan sebagai logika “jika – maka.” Pandangan ini
menyebabkan kehidupan sebagai yang dialami tidak memiliki keunikannya untuk
dijelaskan. Sebagai contoh ketika seseorang pada terik panas membeli sebotol
air mineral di warung apa yang kita bisa simpulkan? Pada umumnya kita akan
menarik kesimpulan bahwa orang tersebut membeli minum untuk dirinya sendirinya,
namun bisa jadi orang tersebut melakukan hal yang berbeda. Persoalan seperti
itulah yang menyebabkan kehidupan tidak lagi bisa dihayati dengan lebih dalam
lagi.
Sehingga dapat disimpulkan fenomenologi melakukan
kritik terhadap kedua pandangan baik naturalisme ataupun psikologisme,
dikarenakan asumsi yang telah dilakukan kedua aliran tersebut telah membuat
pengalaman dan penghayatan kita dalam makna kehidupan menjadi semakin sulit.
3. kesadaran akan kehidupan yang dihayati merupakan
suatu ciri utama dalam pemikiran Edmund Husserl dalam fenomenologinya. Hal
tersebut dibahasakan menjadi lebenswelt.
Lebenswelt adalah kehidupan yang
dialami secara keseharian dan masih murni tanpa adanya asumsi - asumsi di dalamnya.
Pada lebenswelt ini diharapkan yang
mengamati akan menilai kehidupan sebagai seorang pemula dimana sesuatu itu
tampak seperti hal yang baru.
Selain itu lebenswelt
bagi Edmund Husserl merupakan hal pertama sebelum suatu ilmu pengetahuan itu
ada. Karena lebenswelt hal seperti
kesadaran akan hal seperti air yang diminum datang lebih dahulu dibandingkan
kesadaran tentang air terdiri dari ikatan dua atom Hidrogen dengan satu atom
Oksigen. Kesadaran tentang kehalusan mutlak dalam suatu bidang datar yang hadir
dalam pembahasan geometri dapat dimunculkan sebagai pengetahuan yang berasal
dari kesadaran seseorang akan kegiatannya dalam melakukan aktivitas
kehidupannya saat menghaluskan suatu
papan kayu.
Hal - hal tersebut yang secara sederhana menunjukan
bahwa makna suatu objek, dalam sudut pandang non-lebenswelt, sering kali tidaklah terbentuk dalam dirinya sendiri,
melainkan masih ada kemungkinan dari hasil “campur tangan” dari subjek yang
mengalaminya dari asumsi ilmu – ilmu pengetahuan dan fenomenologi menganggap
ada hal yang lebih luas dan kemungkinan tidak terbatas, dibandingkan asumsi - asumsi
yang sering ditempelkan sebelumnya dan hal tersebut berada dalam lebenswelt.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar