Page

Total Tayangan Halaman

Selasa, 09 April 2013

UTS FENOMENOLOGI


UTS FENOMENOLOGI
Oleh Adam Azano Satrio, 0906522861
1.   Perbedaan utama dalam intensionalitas Edmund Husserl dengan Franz Brentano terletak pada keluasan dalam mengkaji kesadarannya. Pada Franz Brentano penjabaran intensionalitas berhenti pada penjelasan psikologi deskriptif, dimana persoalan kesadaran hanya menjelaskan gejala - gejala dari suatu kondisi fenomena. Misalnya tindak kesadaran orang yang bahagia dapat dilihat dari tingkah laku yang riang dan gembira atau usaha mendeskripsikan tindak kesadaran suka, sayang, dan cinta. Dengan kata lain yang dilakukan oleh Franz Brentano merupakan taksonomi deskriptif dari suatu kesadaran yang hadir secara intuitif dan mimiliki nilai imanensi di dalam objek yang disadarinya.
Intensionalitas menurut Edmund Husserl lebih jauh dari itu, dirinya tidak berhenti pada taksonomi deskriptif, tapi membongkar tindak kesadaran itu sendiri, yang bisa dilanjutkan hingga penjabaran bahwa intensionalitas sebagai cara hidup yang membangun relasi yang bersifat intersubjektif. Intersubjektifitas tersebut mampu mengijinkan pembahasan tindak intensional (noesis) dan hal yang diintensionalkan (noema) untuk dibahas dan dianggap bersifat timbal balik. Hal tersebut mengijinkan identifikasi suatu fenomena yang dihayati seseorang bisa dipengaruhi hal seperti motivasi, intelejensi dan emosi.  Selain itu tindak intensionalitas memiliki potensi yang bersifat antisipatif, seperti ketika kita melihat sisi suatu kubus, kita mengantisipasi keberadaan sisi lainnya yang belum kita lihat. secara konkret dan tidak bersifat dikotomis murni. Hal tersebut membuat masalah kekonkretan atau tidak konkretan suatu objek menjadi tidak ada, karena intensionalitas milik Edmund Husserl telah menyamaratakan fenomena yang tampak sebagai hal suatu yang secara langsung dirasakan oleh pengamatnya.
2.   Fenomenologi yang bercirikan kehidupan yang dihayati dan dialami, tidak berbicara tentang persoalan normatif seperti baik, buruk, benar, atau salah, seperti naturalisme dan psikologisme dalam pandangannya mengenai fenomena untuk dihayati.
Fenomenologi lebih melihat fenomena sebagai cara berkehidupan, berbeda dengan naturalisme dimana kehidupan dipandang sebagai suatu tindak mekanis biologis. Seperti contoh fenomena kecemasan dalam naturalisme tidak mungkin diartikan sebagai keadaan penuh keputusasaan akan suatu hal yang tidak beralasan secara saintifik, melainkan hanya bisa diartikan sebagai kondisi yang dirasakan tubuh ketika hormon - hormon pembawa kebahagiaan seperti dopamin berkurang. Hal yang dilakukan naturalisme tersebutlah menyebabkan kekayaan pengalam kehidupan dalam memaknai suatu hal hanya sebatas hal empirik dan aktual, sehingga hal yang bersifat non-empirik dan non-aktual tidak bisa diperbincangkan yang berakibat bahwa pembahasan tentang keadaan seseorang seperti yang mengalami “hari yang sendu.” Tidak dapat dikaji.
Sedangkan pada psikologisme kehidupan terlalu dipandang sebagai hal kausalitatif yang berhenti pada pandangan behavioristik. Dimana kehidupan sering kali disamakan sebagai logika “jika – maka.” Pandangan ini menyebabkan kehidupan sebagai yang dialami tidak memiliki keunikannya untuk dijelaskan. Sebagai contoh ketika seseorang pada terik panas membeli sebotol air mineral di warung apa yang kita bisa simpulkan? Pada umumnya kita akan menarik kesimpulan bahwa orang tersebut membeli minum untuk dirinya sendirinya, namun bisa jadi orang tersebut melakukan hal yang berbeda. Persoalan seperti itulah yang menyebabkan kehidupan tidak lagi bisa dihayati dengan lebih dalam lagi.
Sehingga dapat disimpulkan fenomenologi melakukan kritik terhadap kedua pandangan baik naturalisme ataupun psikologisme, dikarenakan asumsi yang telah dilakukan kedua aliran tersebut telah membuat pengalaman dan penghayatan kita dalam makna kehidupan menjadi semakin sulit.
3. kesadaran akan kehidupan yang dihayati merupakan suatu ciri utama dalam pemikiran Edmund Husserl dalam fenomenologinya. Hal tersebut dibahasakan menjadi lebenswelt. Lebenswelt adalah kehidupan yang dialami secara keseharian dan masih murni tanpa adanya asumsi - asumsi di dalamnya. Pada lebenswelt ini diharapkan yang mengamati akan menilai kehidupan sebagai seorang pemula dimana sesuatu itu tampak seperti hal yang baru.
Selain itu lebenswelt bagi Edmund Husserl merupakan hal pertama sebelum suatu ilmu pengetahuan itu ada. Karena lebenswelt hal seperti kesadaran akan hal seperti air yang diminum datang lebih dahulu dibandingkan kesadaran tentang air terdiri dari ikatan dua atom Hidrogen dengan satu atom Oksigen. Kesadaran tentang kehalusan mutlak dalam suatu bidang datar yang hadir dalam pembahasan geometri dapat dimunculkan sebagai pengetahuan yang berasal dari kesadaran seseorang akan kegiatannya dalam melakukan aktivitas kehidupannya saat  menghaluskan suatu papan kayu.
Hal - hal tersebut yang secara sederhana menunjukan bahwa makna suatu objek, dalam sudut pandang non-lebenswelt, sering kali tidaklah terbentuk dalam dirinya sendiri, melainkan masih ada kemungkinan dari hasil “campur tangan” dari subjek yang mengalaminya dari asumsi ilmu – ilmu pengetahuan dan fenomenologi menganggap ada hal yang lebih luas dan kemungkinan tidak terbatas, dibandingkan asumsi - asumsi yang sering ditempelkan sebelumnya dan hal tersebut berada dalam lebenswelt.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar