Dalam sejarah
agama Samawi pengujian tentang keimanan yang terbesar terdapat pada kisah pengrobanan
Ishak oleh Abraham. Dalam sejarah Kristen, dikatakan bahwa Abraham mendapatkan
perintah mengurbankan anak satu - satunya, yang telah ditunggu selama berpuluh
puluh tahun untuk dikurbankan kepada Tuhan. Seperti yang kita ketahui pada
akhirnya anaknya tersebut diganti oleh Tuhan dengan domba. Berbeda dengan para
penganut agama pada umumnya, Kierkegaard mencoba untuk mengambil langkah lain
dalam mencoba membongkar permasalahan etik dan iman dalam kasus ini, yaitu
dengan mengambil kemungkinan apa yang bisa dilakukan oleh Abraham saat berada
di atas gunung Moria. Ada 4 alternatif yang bisa dilakukan Abraham dalam keadaan
tersebut.
1.
Abraham
mengkurbankan Ishak tapi dia menjaga iman Ishak dengan mengatakan bahwa pengurbanan
itu bukan perintah Tuhan melainkan keinginnya sendiri dengan mengatakan bahwa dirinya
bukan ayahnya dan mau mengorbankan Ishak untuk berhala.
2.
Abraham
pada saat di gunung Moria melihat, bahwa ada domba yang ada disana dan
mengganti pengorbanan tersebut dengan domba.
3.
Abraham
membatalkan pengurbanan tersebut dan pada akhirnya memilih untuk memohon kepada
Tuhan untuk diampuni, yang dikarenakan dirinya menganggap bahwa dengan membunuh
anaknya sendiri dia telah gagal menjadi seorang ayah dan manusia yang baik
secara etik.
4.
Abraham
pada akhirnya tidak mengurbankan apapun sama sekali, dan pada akhirnya turun
dari gunung dan tidak menceritakan apapun kejadian tersebut.
Kita harus ingat
bahwa pada masanya kemajuan intelektual dan filsafat mengalami kejayaannya,
terutama dalam bidang etik. Rasionalitas yang berdasarkan pada humanisme dianggap
sebagai salah satu alat untuk mengetahui apakah perbuatan tersebut benar secara
etik atau tidak.
Ke empat skenario
yang disebutkan di atas tersebut, adalah sebuah kemungkinan apa yang bisa
dilakukan oleh seorang manusia ketika diperintahkan melakukan suatu hal yang
mungkin tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat dan kehidupan sosial pada umumnya
atas nilai keimanan. Ketika suatu hal dalam kehidupan manusia tidak bisa dicari
tahu jawabannya secara rasional maka apa yang kita bisa lakukan untuk
menjawabnya? Itu adalah pertanyaan filosofis utama yang dilakukan oleh Kierkegaard
dalam menjalani kehidupan filosofisnya. Berbeda dengan kebanyakan filsuf,
dirinya menjalani filsafatnya tersebut, bukan hanya mensintesiskan teorinya saja.
Permasalahan
tentang keimanan yang dilakukannya merupakan kisah yang selama ini sebenarnya
mungkin pernah kita alami sehari hari. Seperti apakah nilai keimanan yang
sebenarnya kita jalani dan apakah kita berani untuk memilih yang sebenarnya
akan beresiko untuk kehidupan kita sendiri yang akan datang.
Dari skenario kisah
Abraham tersebut terlihat bagaimana manusia seringkali diuji untuk pembuktian
imannya dan apa tindakan manusia yang sering manusia lakukan untuk
mempertahankan kedua nilai yang dianggap tidak bisa digabungkan, yaitu masalah
iman dan etik. Pada skenario ke 2 dan3 dikatakan bahwa manusia seringkal melakukan “negosiasi”
terhadap Tuhannya dikarenakan beranggapan bahwa kita secara manusiawi harus
memperhatikan permasalahan etis dan masih bisa menganggap bahwa Tuhan memahami
permasalahan kita. Sedangkan dalam skenario ke 4 kita dapat dapat melihat,
bahwa manusiapun mampu secara sadar menentang Tuhannya secara terang – terangan
dengan melawan perintahnya.
Namun dalam skenario
pertama, disini kita lihat bagaimana seorang manusia bisa memilih untuk
mengkorbankan dirinya, dengan tetap mempertahankan tak hanya iman dirinya
tetapi terhadap iman orang lain. Disinilah keberanian seseorang dalam memilih
pilihan yang mungkin akan merugikan dirinya secara akal sehat, tetapi hal
tersebut akan membuat dirinya merasakan berharganya kehidupan tersebut setiap
momennya dengan tetap menjalaninya dengan iman serta kepercayaan bahwa Tuhan akan
menunjukan kekuasaanNya. Semua permasalahan manusia, seperti perasaaan yang dirasakan
Kierkegaard terhadap Regina Olsen, yang memilih untuk membatalkan
pertunangannya, perasaan seorang laki – laki yang memilih jurusan filsafat Universitas
Indonesia dibandingkan jurusan matematika IPB, dikarenakan ingin membuktikan
pada seorang perempuan, bahwa dirinya berharga, perasaan seorang suami yang
tetap mencintai dan menemani istrinya, walaupun istrinya tersebut mengalami
penyakit kejiwaan, yang dikarenakan krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998.
Semua contoh permasalahan kehidupan tersebut, yang jika dilihat dalam
perkembangan filsafat barat sebagai suatu keanehan dan tidak masuk akalan,
mampu dijawab oleh filsafat eksistensialisme milik Kierkegaard, yaitu dengan iman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar