Page

Total Tayangan Halaman

Jumat, 21 September 2012

Tugas Eksistensialisme ( Kierkegaard )


Tugas Eksistensialisme

Dalam sejarah agama Samawi pengujian tentang keimanan yang terbesar terdapat pada kisah pengrobanan Ishak oleh Abraham. Dalam sejarah Kristen, dikatakan bahwa Abraham mendapatkan perintah mengurbankan anak satu - satunya, yang telah ditunggu selama berpuluh puluh tahun untuk dikurbankan kepada Tuhan. Seperti yang kita ketahui pada akhirnya anaknya tersebut diganti oleh Tuhan dengan domba. Berbeda dengan para penganut agama pada umumnya, Kierkegaard mencoba untuk mengambil langkah lain dalam mencoba membongkar permasalahan etik dan iman dalam kasus ini, yaitu dengan mengambil kemungkinan apa yang bisa dilakukan oleh Abraham saat berada di atas gunung Moria. Ada 4 alternatif yang bisa dilakukan Abraham dalam keadaan tersebut.

1.      Abraham mengkurbankan Ishak tapi dia menjaga iman Ishak dengan mengatakan bahwa pengurbanan itu bukan perintah Tuhan melainkan keinginnya sendiri dengan mengatakan bahwa dirinya bukan ayahnya dan mau mengorbankan Ishak untuk berhala.
2.      Abraham pada saat di gunung Moria melihat, bahwa ada domba yang ada disana dan mengganti pengorbanan tersebut dengan domba.
3.      Abraham membatalkan pengurbanan tersebut dan pada akhirnya memilih untuk memohon kepada Tuhan untuk diampuni, yang dikarenakan dirinya menganggap bahwa dengan membunuh anaknya sendiri dia telah gagal menjadi seorang ayah dan manusia yang baik secara etik.
4.      Abraham pada akhirnya tidak mengurbankan apapun sama sekali, dan pada akhirnya turun dari gunung dan tidak menceritakan apapun kejadian tersebut.

Kita harus ingat bahwa pada masanya kemajuan intelektual dan filsafat mengalami kejayaannya, terutama dalam bidang etik. Rasionalitas yang berdasarkan pada humanisme dianggap sebagai salah satu alat untuk mengetahui apakah perbuatan tersebut benar secara etik atau tidak.

Ke empat skenario yang disebutkan di atas tersebut, adalah sebuah kemungkinan apa yang bisa dilakukan oleh seorang manusia ketika diperintahkan melakukan suatu hal yang mungkin tidak bisa dijelaskan oleh akal sehat dan kehidupan sosial pada umumnya atas nilai keimanan. Ketika suatu hal dalam kehidupan manusia tidak bisa dicari tahu jawabannya secara rasional maka apa yang kita bisa lakukan untuk menjawabnya? Itu adalah pertanyaan filosofis utama yang dilakukan oleh Kierkegaard dalam menjalani kehidupan filosofisnya. Berbeda dengan kebanyakan filsuf, dirinya menjalani filsafatnya tersebut, bukan hanya mensintesiskan teorinya saja.

Permasalahan tentang keimanan yang dilakukannya merupakan kisah yang selama ini sebenarnya mungkin pernah kita alami sehari hari. Seperti apakah nilai keimanan yang sebenarnya kita jalani dan apakah kita berani untuk memilih yang sebenarnya akan beresiko untuk kehidupan kita sendiri yang akan datang.

Dari skenario kisah Abraham tersebut terlihat bagaimana manusia seringkali diuji untuk pembuktian imannya dan apa tindakan manusia yang sering manusia lakukan untuk mempertahankan kedua nilai yang dianggap tidak bisa digabungkan, yaitu masalah iman dan etik. Pada skenario ke 2 dan3  dikatakan bahwa manusia seringkal melakukan “negosiasi” terhadap Tuhannya dikarenakan beranggapan bahwa kita secara manusiawi harus memperhatikan permasalahan etis dan masih bisa menganggap bahwa Tuhan memahami permasalahan kita. Sedangkan dalam skenario ke 4 kita dapat dapat melihat, bahwa manusiapun mampu secara sadar menentang Tuhannya secara terang – terangan dengan melawan perintahnya.

Namun dalam skenario pertama, disini kita lihat bagaimana seorang manusia bisa memilih untuk mengkorbankan dirinya, dengan tetap mempertahankan tak hanya iman dirinya tetapi terhadap iman orang lain. Disinilah keberanian seseorang dalam memilih pilihan yang mungkin akan merugikan dirinya secara akal sehat, tetapi hal tersebut akan membuat dirinya merasakan berharganya kehidupan tersebut setiap momennya dengan tetap menjalaninya dengan iman serta kepercayaan bahwa Tuhan akan menunjukan kekuasaanNya. Semua permasalahan manusia, seperti perasaaan yang dirasakan Kierkegaard terhadap Regina Olsen, yang memilih untuk membatalkan pertunangannya, perasaan seorang laki – laki yang memilih jurusan filsafat Universitas Indonesia dibandingkan jurusan matematika IPB, dikarenakan ingin membuktikan pada seorang perempuan, bahwa dirinya berharga, perasaan seorang suami yang tetap mencintai dan menemani istrinya, walaupun istrinya tersebut mengalami penyakit kejiwaan, yang dikarenakan krisis ekonomi di Indonesia pada tahun 1998. Semua contoh permasalahan kehidupan tersebut, yang jika dilihat dalam perkembangan filsafat barat sebagai suatu keanehan dan tidak masuk akalan, mampu dijawab oleh filsafat eksistensialisme milik Kierkegaard, yaitu dengan iman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar