Page

Total Tayangan Halaman

Minggu, 30 September 2012

TOWARDS SPECULATIVE REALISM


Review Diskusi TOWARDS SPECULATIVE REALISM

Oleh : Adam Azano Satrio
Speculative realism merupakan gerakan terbaru dalam filsafat kontemporer ini, merupakan gerakan pemikiran filsafat yang mengangkat kembali permasalahan dasar filosofis yang diciptakan oleh Immanuel Kant. Dalam sejarah filsafat barat, terdapat dua landasan yang berbeda yaitu idealism dan realism, kedua filsafat tersebut dianggap oleh para pemikir speculative realism pada akhirnya berakhir pada narsistik terhadap dogma miliknya sendiri. baik idealism yang berhenti pada pengakuan jika being yang real berada dalam mind, ataupun realism yang berhenti pada pengakuan bahwa being yang real berada di luar manusia secara independen, keduanya merupakan pernyataan yang menggiring kita untuk melupakan untuk mengkritisi the real being itu sendiri. Inilah yang menjadi semangat dasar mereka untuk memajukan dan menghidupi kembali kegiatan berfilsafat pada kehidupan manusia.

Immanuel Kant merupakan orang yang bertanggung jawab dalam memunculkan persoalan ini, dengan mengangkat pernyataan bahwa ada dua hal yang ada dalam dunia ini, yaitu fenomena yang merupakan hal hal yang bisa diamati, tampak, berada diluar mind manusia ,diperoleh secara persepsi, dan mampu kita ketahui dengan konsep yang kita dapatkan secara apriori dalam 12 kategori, lalu nomena yang merupakan hal yang ada dalam dirinya sendiri atau sering dikatakan das ding an sich. Usaha menyelesaikan permasalahan epistemologi awal tentang empirisisme dan idealism tersebut, pada akhirnya tetap menyisakan permasalahan tentang klaim nomena yang dianggap tidak bisa diketahui dan berada terpisah baik oleh mind dan being secara independen. Disinilah speculative realisme ingin membuka kembali jalan yang telah ditutup Immanuel Kant sampai pada nomena itu. Disinilah secara filosofis Immanuel Kant telah menyerah dan mengklaim bahwa pasti ada finites dalam pengetahuan, dan secara tak langsung mengangkat unsur antropsentrik dalam pengetahuan.

Para pemikir speculative realism menggunakan term correlationism untuk menjelaskan permasalahan tersebut. Correlationism itu sendiri didefinisikan oleh Quentin Meillassoux, salah satu pemikir speculative realism sebagai "the idea according to which we only ever have access to the correlation between thinking and being, and never to either term considered apart from the other." Penggunaan correlationism itu sendiri untuk menjelaskan teorinya tentang adanya suatu permasalahan yang dianggap dibuat – buat, baik oleh realism dan idealism, serta mengijinkan untuk memutuskan pemikiran bahwa nomena itu sama sekali tak bisa dijamah, dan diketahui secara utuh karena independensi antara mind dan being. Disinilah para pemikir speculative realism mencoba mengangkat permasalahan bahwa pengetahuan kita hanyalah usaha untuk mengkorelasikan kualitas primer (atau yang Kant sebut sebagai nomena) dan kualitas sekunder (atau yang Kant sebut sebagi fenomena). Konsekuensinya adalah tidak ada pengetahuan di luar korelasi itu. Baik penggunaan metode koherensi oleh idealism, ataupun metode korespondensi oleh realism, keduanya tetap bergerak menggunakan dasar correlationism tersebut. Apa yang ingin speculative realism ajukan dalam hal ini adalah sebuah metode dimana kita bisa menembus dunia nomena, yang menurut Kant tidak bisa diketahui itu, dengan kembali pada filsafat spekulatif.

Speculative realism ingin menghilangkan pandangan, dalam banyak aliran filsafat, yang bersifat absolut dan antroposentik terhadap objek, dengan membiarkan objek itu mendefinisikan dirinya sendiri, bukan dengan term universal yang dipikirkan manusia, karena hal tersebut menggiring kita kembali kepada permasalahan awal yang berujung pada antroposentik. Mereka percaya salah satunya dengan cara mengemansipasi matematika, karena matematika memiliki klaim ontologis yang berada diluar bahasa atau dengan kata lain infinite. Klaim ontologis matematika tersebut juga merupakan jalan keluar yang diajukan spekulative realism untuk mengatasi chaos yang mungkin muncul akibat sifat ontologis benda yang kontingen. Matematika juga memberikan kesadaran bahwa realitas itu infinite, tidak seperti yang dikatakan Kant bahwa realitas itu dapat diketahui terbatas pada apa yang tampak, selain itu hanya bisa dipikirkan. Jadi dengan matematika, speculative realisme ingin membongkar absolutisme yang memberikan pagar-pagar yang finite pada keberadaan the real idea (objektivitas).

Pada speculative realism tersebut kita bisa melihat, bahwa ada usaha untuk membangunkan stagnansi dalam pemikiran filsafat barat, yang selama ini melupakan permasalahan - permasalahan filsafat yang merupakan peninggalan pada Immanuel Kant, yaitu sebuah dogma adanya sebuah finite dalam pengetahuan manusia, yang berujung pada adanya correlationism dalam berbagai aliran filsafat, dan usaha untuk bisa untuk membongkar dengan mengemansipasi matematika yang dianggap infinite, namun hal yang menjadikan gerakan ini lebih menarik adalah upaya untuk menghancurkan adanya hal - hal absolut dan dogmatis dalam alam pemikiran filsafat yang ditinggalkan dalam pemikiran filsafat era sebelumnya, dengan cara membangunkan lagi spekulasi di dalam alam pemikiran filsafat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar