Review
Diskusi TOWARDS SPECULATIVE REALISM
Oleh : Adam Azano Satrio
Speculative realism merupakan
gerakan terbaru dalam filsafat kontemporer ini, merupakan gerakan pemikiran
filsafat yang mengangkat kembali permasalahan dasar filosofis yang diciptakan
oleh Immanuel Kant. Dalam sejarah filsafat barat, terdapat dua landasan yang
berbeda yaitu idealism dan realism, kedua filsafat tersebut
dianggap oleh para pemikir speculative realism
pada akhirnya berakhir pada narsistik terhadap dogma miliknya sendiri. baik idealism yang berhenti pada pengakuan
jika being yang real berada dalam mind,
ataupun realism yang berhenti pada
pengakuan bahwa being yang real berada di luar manusia secara
independen, keduanya merupakan pernyataan yang menggiring kita untuk melupakan untuk
mengkritisi the real being itu sendiri. Inilah
yang menjadi semangat dasar mereka untuk memajukan dan menghidupi kembali
kegiatan berfilsafat pada kehidupan manusia.
Immanuel
Kant merupakan orang yang bertanggung jawab dalam memunculkan persoalan ini,
dengan mengangkat pernyataan bahwa ada dua hal yang ada dalam dunia ini, yaitu
fenomena yang merupakan hal hal yang bisa diamati, tampak, berada diluar mind manusia ,diperoleh secara persepsi,
dan mampu kita ketahui dengan konsep yang kita dapatkan secara apriori dalam 12
kategori, lalu nomena yang merupakan hal
yang ada dalam dirinya sendiri atau sering dikatakan das ding an sich. Usaha menyelesaikan permasalahan epistemologi awal
tentang empirisisme dan idealism tersebut, pada akhirnya tetap menyisakan
permasalahan tentang klaim nomena
yang dianggap tidak bisa diketahui dan berada terpisah baik oleh mind dan being secara independen. Disinilah speculative realisme ingin membuka kembali jalan yang telah ditutup
Immanuel Kant sampai pada nomena itu.
Disinilah secara filosofis Immanuel Kant telah menyerah dan mengklaim bahwa pasti
ada finites dalam pengetahuan, dan secara tak langsung mengangkat unsur
antropsentrik dalam pengetahuan.
Para
pemikir speculative realism menggunakan
term correlationism untuk menjelaskan
permasalahan tersebut. Correlationism
itu sendiri didefinisikan oleh Quentin Meillassoux, salah satu pemikir speculative realism sebagai "the idea according to which we only
ever have access to the correlation between thinking and being, and never to
either term considered apart from the other." Penggunaan correlationism itu sendiri untuk
menjelaskan teorinya tentang adanya suatu permasalahan yang dianggap dibuat – buat,
baik oleh realism dan idealism, serta mengijinkan untuk
memutuskan pemikiran bahwa nomena itu
sama sekali tak bisa dijamah, dan diketahui secara utuh karena independensi
antara mind dan being. Disinilah para pemikir speculative
realism mencoba mengangkat permasalahan bahwa pengetahuan kita hanyalah
usaha untuk mengkorelasikan kualitas primer (atau yang Kant sebut sebagai nomena) dan kualitas sekunder (atau yang
Kant sebut sebagi fenomena). Konsekuensinya adalah tidak ada pengetahuan di
luar korelasi itu. Baik penggunaan metode koherensi oleh idealism, ataupun metode korespondensi oleh realism, keduanya tetap
bergerak menggunakan dasar correlationism
tersebut. Apa yang ingin speculative realism
ajukan dalam hal ini adalah sebuah metode dimana kita bisa menembus dunia nomena, yang menurut Kant tidak bisa
diketahui itu, dengan kembali pada filsafat spekulatif.
Speculative realism ingin
menghilangkan pandangan, dalam banyak aliran filsafat, yang bersifat absolut
dan antroposentik terhadap objek, dengan membiarkan objek itu mendefinisikan
dirinya sendiri, bukan dengan term universal
yang dipikirkan manusia, karena hal tersebut menggiring kita kembali kepada
permasalahan awal yang berujung pada antroposentik. Mereka percaya salah satunya
dengan cara mengemansipasi matematika, karena matematika memiliki klaim
ontologis yang berada diluar bahasa atau dengan kata lain infinite. Klaim ontologis matematika tersebut juga merupakan jalan
keluar yang diajukan spekulative realism
untuk mengatasi chaos yang mungkin
muncul akibat sifat ontologis benda yang kontingen. Matematika juga memberikan
kesadaran bahwa realitas itu infinite, tidak
seperti yang dikatakan Kant bahwa realitas
itu dapat diketahui terbatas pada apa yang tampak, selain itu hanya bisa
dipikirkan. Jadi dengan matematika, speculative
realisme ingin membongkar absolutisme yang memberikan pagar-pagar yang finite pada keberadaan the real idea (objektivitas).
Pada
speculative realism tersebut kita
bisa melihat, bahwa ada usaha untuk membangunkan stagnansi dalam pemikiran filsafat
barat, yang selama ini melupakan permasalahan - permasalahan filsafat yang merupakan
peninggalan pada Immanuel Kant, yaitu sebuah dogma adanya sebuah finite dalam pengetahuan manusia, yang
berujung pada adanya correlationism dalam
berbagai aliran filsafat, dan usaha untuk bisa untuk membongkar dengan mengemansipasi
matematika yang dianggap infinite, namun
hal yang menjadikan gerakan ini lebih menarik adalah upaya untuk menghancurkan adanya
hal - hal absolut dan dogmatis dalam alam pemikiran filsafat yang ditinggalkan
dalam pemikiran filsafat era sebelumnya, dengan cara membangunkan lagi
spekulasi di dalam alam pemikiran filsafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar