The First Reason Principle
Prinsip Reasoning
Ada
sebuah intuisi manusia untuk mengaitkan suatu hal dengan hal lainnya,sehingga
sering memperoleh suatu kesimpulan. Hal itulah yang menyebabkan kita bisa
mengambil kesimpulan jika di satu ruangan terlihat ada kaca jendela pecah dan
tergeletak batu diruangan tersebut, kita berkesimpulan bahwa ada seseorang yang
melempar kaca tersebut dengan batu dari luar ruangan. Kebiasaan kita tak hanya
berhenti sampai sekitar masalah kausalitas saja, tetapi bisa berlanjut ke hal -
hal lainnya. Pola pikir reasoning
tersebut memiliki unsur - unsur yang berhubungan tentang bagaimana kita
memandang hal yang dianggap diluar kita yaitu, things, events, dan propotition.
Unsur
- unsur pemikiran tersebut dirangkum oleh Aristotales dengan syarat - syarat utama
agar reasoning manusia yang sahih.
Pertama kita akan membahas prinsip identitas, prinsip ini muncul karena sesuatu yang ada pasti memiliki sesuatu yang
melekat dalam dirinya sehingga hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari dirinya.
Yang kedua kita akan membahas mengenai prinsip
non-kontradiksi, prinsip ini merupakan
hal yang sama yang tidak bisa dari keduanya menjadi benar secara bersamaan dan
menjadi salah dalam waktu bersamaan. Dalam prinsip tersebut terjadi ketidak
sesuaian karena sebuah proposisi dpaksakan pada sebuah keadaan yang sama.
Yang
ketiga kita menemukan apa
yang dinamakan dengan prinsip eksklusi
tertii (principium exclusi tertii), prinsip ini berlandaskan dari apa yang ada
dalam sebuah proposisi namun tidak ada kejelasan sehingga tidak ada kemungkinan
mengenai untuk kemungkinan yang ketiga. (Tertium datur non:. Ketiga tidak disediakan).
Prinsip ini menyudahi sesuatu tanpa memenuhi dan memunculkan kemungkinan yang
lain.
Dalam
yang keempat ada yang dikatakan dengan Prinsip alasan menjadi (prinsip kejelasan), prinsip ini
berkaitan dengan apa yang dimengerti oleh akal manusia dan sebagai obyek pemikiran
dapat dijelaskan hanya melalui ontically menjadi, sehingga tidak dapat
diidentifikasi dengan non-being. Setiap makhluk memiliki alasan
keberadaannya baik dalam dirinya sendiri atau sesuatu yang lain.
Selanjutnya adalah
sebuah Prinsip finalitas, dalam prinsip ini terdapat sebuah agent dari Setiap tindakan untuk
mengakhiri dari fenomena yang terjelaskan. Prinsip ini menjelaskan bagaimana
suatu fenomena tersebut terjelaskan dengan secara final sehingga tak
memunculkan sesuatu dikemudiannya.
Kemudian kita akan membahas prinsip kausalitas, prinsip yang sangat
terkenal dan sering menjadi sesuatu yang mudah kita gunakan dalam menjelaskan
suatu fenomena. Prinsip kausalitas atau sebab akibat ini didasarkan pada apa
yang diyakini bahwa tak ada sesuatu yang terjadi secara tiba – tiba. Fenomena
tidak ada yang secara tiba – tiba terjadi dan menjadi, dalam prinsip ini selalu
ada sebab dari akibat yang terjadi dari sebuah fenomena yang berlangsung.
Things, Event, dan Propotition
Disaat
kita membahas suatu things, reasoning kita secara intuitif mengambil
beberapa pertanyaan intuitif yang menghasilkan kesimpulan intuitif pula, yang
tetap memiliki landasan dari syarat utama di atas. Saat kita melihat things
berupa “x”, kita mempertanyaan apa itu “x”, dan mengetahui jika “x” tersebut
adalah “x”, dan jika kita mengatakan “x” sama dengan “y”,”w”,ataupun “z” maka
kita tak bisa mengetahui apa “x” tersebut, dan jika mengatakan bahwa “x” itu
sama dengan non – “x” maka kesemuanya itu akan jatuh dalam kesimpulan yang absurd, dan aneh tidak secara logis tetapi juga
intuitif. Selain itu pola pemikiran kita akan mempertanyakan tentang darimana
asal mula “x”, dan apa tujuan adanya “x”.
Ketika
kita mengatakan event, secara
intuitif kita menyadari jika suatu kejadian “a” menyebabkan “b”, maka hal
tersebut akan terasa ganjil jika terjadi “a” tetapi tidak terjadi “b” melainkan
“r”, karena kita mengenal adanya prinsip prinsip diatas tersebut, dan selain
itu menurut aristotales persoalan event ini mengijinkan adanya sebab musabab adanya
suatu keharusan tentang tujuan “a” menyebabkan “b”.
Dalam
hal propotition kita dapat mengetahui
secara pasti penggunaan prinsip ini dengan tujuan pencarian kesimpulan. Semua
proposisi yang diberikan selama memenuhi syarat -syarat diatas akan menghasilkan
kesimpulan yang hasilnya sahih, seperti
Semua
“q” adalah “w”
Semua
“w” menyebabkan “z”
Maka,
“q” menyebabkan “z”
Semua prinsip di atas tersebut mengijinkan kita untuk
mengambil kesimpulan secara sahih dan benar serta bisa dipertanggung jawabkan
secara logis dan tidak berakhir pada kesimpulan yang absurd.
Kesimpulan
Prinsip –
prinsip reasoning, yang diambil dari
teori Aristotales, merupakan suatu sistemasi yang rigid tentang bagaimana kebiasan
reasoning kita bekerja, sehingga mengijinkan
kita untuk mengambil kesimpulan secara sahih tak hanya dalam akademis tetapi
juga kehidupan sehari - hari, selain itu kita dapat mengetahui kadar kualitas argumen
seseorang menggunakan prinsip – prinsip reasoning
tersebut, sehingga dapat kita adu secara rasional.
The First Reason Principle
Prinsip Reasoning
Ada
sebuah intuisi manusia untuk mengaitkan suatu hal dengan hal lainnya,sehingga
sering memperoleh suatu kesimpulan. Hal itulah yang menyebabkan kita bisa
mengambil kesimpulan jika di satu ruangan terlihat ada kaca jendela pecah dan
tergeletak batu diruangan tersebut, kita berkesimpulan bahwa ada seseorang yang
melempar kaca tersebut dengan batu dari luar ruangan. Kebiasaan kita tak hanya
berhenti sampai sekitar masalah kausalitas saja, tetapi bisa berlanjut ke hal -
hal lainnya. Pola pikir reasoning
tersebut memiliki unsur - unsur yang berhubungan tentang bagaimana kita
memandang hal yang dianggap diluar kita yaitu, things, events, dan propotition.
Unsur
- unsur pemikiran tersebut dirangkum oleh Aristotales dengan syarat - syarat utama
agar reasoning manusia yang sahih.
Pertama kita akan membahas prinsip identitas, prinsip ini muncul karena sesuatu yang ada pasti memiliki sesuatu yang
melekat dalam dirinya sehingga hal tersebut tidak dapat dipisahkan dari dirinya.
Yang kedua kita akan membahas mengenai prinsip
non-kontradiksi, prinsip ini merupakan
hal yang sama yang tidak bisa dari keduanya menjadi benar secara bersamaan dan
menjadi salah dalam waktu bersamaan. Dalam prinsip tersebut terjadi ketidak
sesuaian karena sebuah proposisi dpaksakan pada sebuah keadaan yang sama.
Yang
ketiga kita menemukan apa
yang dinamakan dengan prinsip eksklusi
tertii (principium exclusi tertii), prinsip ini berlandaskan dari apa yang ada
dalam sebuah proposisi namun tidak ada kejelasan sehingga tidak ada kemungkinan
mengenai untuk kemungkinan yang ketiga. (Tertium datur non:. Ketiga tidak disediakan).
Prinsip ini menyudahi sesuatu tanpa memenuhi dan memunculkan kemungkinan yang
lain.
Dalam
yang keempat ada yang dikatakan dengan Prinsip alasan menjadi (prinsip kejelasan), prinsip ini
berkaitan dengan apa yang dimengerti oleh akal manusia dan sebagai obyek pemikiran
dapat dijelaskan hanya melalui ontically menjadi, sehingga tidak dapat
diidentifikasi dengan non-being. Setiap makhluk memiliki alasan
keberadaannya baik dalam dirinya sendiri atau sesuatu yang lain.
Selanjutnya adalah
sebuah Prinsip finalitas, dalam prinsip ini terdapat sebuah agent dari Setiap tindakan untuk
mengakhiri dari fenomena yang terjelaskan. Prinsip ini menjelaskan bagaimana
suatu fenomena tersebut terjelaskan dengan secara final sehingga tak
memunculkan sesuatu dikemudiannya.
Kemudian kita akan membahas prinsip kausalitas, prinsip yang sangat
terkenal dan sering menjadi sesuatu yang mudah kita gunakan dalam menjelaskan
suatu fenomena. Prinsip kausalitas atau sebab akibat ini didasarkan pada apa
yang diyakini bahwa tak ada sesuatu yang terjadi secara tiba – tiba. Fenomena
tidak ada yang secara tiba – tiba terjadi dan menjadi, dalam prinsip ini selalu
ada sebab dari akibat yang terjadi dari sebuah fenomena yang berlangsung.
Things, Event, dan Propotition
Disaat
kita membahas suatu things, reasoning kita secara intuitif mengambil
beberapa pertanyaan intuitif yang menghasilkan kesimpulan intuitif pula, yang
tetap memiliki landasan dari syarat utama di atas. Saat kita melihat things
berupa “x”, kita mempertanyaan apa itu “x”, dan mengetahui jika “x” tersebut
adalah “x”, dan jika kita mengatakan “x” sama dengan “y”,”w”,ataupun “z” maka
kita tak bisa mengetahui apa “x” tersebut, dan jika mengatakan bahwa “x” itu
sama dengan non – “x” maka kesemuanya itu akan jatuh dalam kesimpulan yang absurd, dan aneh tidak secara logis tetapi juga
intuitif. Selain itu pola pemikiran kita akan mempertanyakan tentang darimana
asal mula “x”, dan apa tujuan adanya “x”.
Ketika
kita mengatakan event, secara
intuitif kita menyadari jika suatu kejadian “a” menyebabkan “b”, maka hal
tersebut akan terasa ganjil jika terjadi “a” tetapi tidak terjadi “b” melainkan
“r”, karena kita mengenal adanya prinsip prinsip diatas tersebut, dan selain
itu menurut aristotales persoalan event ini mengijinkan adanya sebab musabab adanya
suatu keharusan tentang tujuan “a” menyebabkan “b”.
Dalam
hal propotition kita dapat mengetahui
secara pasti penggunaan prinsip ini dengan tujuan pencarian kesimpulan. Semua
proposisi yang diberikan selama memenuhi syarat -syarat diatas akan menghasilkan
kesimpulan yang hasilnya sahih, seperti
Semua
“q” adalah “w”
Semua
“w” menyebabkan “z”
Maka,
“q” menyebabkan “z”
Semua prinsip di atas tersebut mengijinkan kita untuk
mengambil kesimpulan secara sahih dan benar serta bisa dipertanggung jawabkan
secara logis dan tidak berakhir pada kesimpulan yang absurd.
Kesimpulan
Prinsip –
prinsip reasoning, yang diambil dari
teori Aristotales, merupakan suatu sistemasi yang rigid tentang bagaimana kebiasan
reasoning kita bekerja, sehingga mengijinkan
kita untuk mengambil kesimpulan secara sahih tak hanya dalam akademis tetapi
juga kehidupan sehari - hari, selain itu kita dapat mengetahui kadar kualitas argumen
seseorang menggunakan prinsip – prinsip reasoning
tersebut, sehingga dapat kita adu secara rasional.