UAS
Fenomenologi
Oleh
Adam Azano Satrio, 0906522861
Thesis
statement
Kemungkinan
persepsi total dalam fenomenologi Maurice Ponty melalui teknologi
Pendahuluan
Sebagaimana
kita ketahui bahwa Maurice Ponty sebagai filsuf memasukan tubuh sebagai pintu
awal memahami kesadaran di dunia. Dalam filsafatnya tidak mungkin ada bentuk
kesadaran mutlak yang bersifat tidak menubuh yang mampu memahami kesadaran di dunianya.
Keberadaan manusia dengan tubuhnya merupakan satu - satunya cara untuk memahami
dunianya, sehingga kita bisa menyadari bahwa kehidupan dunia merupakan satu hal
yang unik bagi tiap - tiap individu bertubuh.
Ketika
kita bisa melihat cerahnya langit berwarna biru dipagi hari, ataupun
menggunakan palu untuk memaku, kita melihat dan mengalami hal tersebut sebagai
satu kesatuan yang hadir kepada kita secara sertamerta. Hal tersebut merupakan
penyebab bahwa kesadaran manusia akan suatu hal pastilah bersifat dari apa yang
mampu dilakukan oleh dirinya. Pengalaman menubuh yang diterima melalui tubuh
kita, merupakan awal dari kesadaran yang mampu diterima dalam kegiatan kita
mendunia.
Hal
tersebut memang memberikan pernyataan masuk akal bahwa kesadaran manusia
terkait dengan dengan keadaan dirinya sebagai mahluk yang menubuh dalam
menjalani kehidupannya, namun penulis menemukan ada konsekuensi unik terlahirkan
dari kemampuan manusia, yaitu teknologi, yang membawa fenomenologi Maurice Ponty
dari bersifat kesadaran merupakan perspektif individu yang pada akhirnya unik
dengan masing – masing menjadi kesadaran perspektif yang bersifat totalitas.
Dua
konsekuensi awal
Kesadaran
akan dunia tersebut yang diakses melalui tubuh menurut penulis memiliki dua konsekuensi,
yang disebabkan keadaan manusia di dunia, yaitu keterbatasan waktu, ruang, dan
kemampuan. Konsekuensi pertama adalah tiap orang menyadari suatu hal yang sama
dengan kemampuan perspektifnya masing – masing yang berbeda dan yang kedua
beberapa orang bisa tidak mengalami kesadaran sama sekali akan suatu hal
dikarenakan perbedaan kemampuan tubuh yang dimilikinya.
Ketika
beberapa orang mampu melihat cerahnya pagi hari dengan matanya, ataupun
harumnya mawar melalui hidungnya, beberapa orang yang lain tidak mampu
melakukan hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan tubuhnya. Mengikuti
pemikiran Maurice Ponty tentang pentingnya tubuh sebagai bentuk awal kesadaran
akan fenomena, maka orang buta tidak mungkin mampu mengalami kesadaran tentang
warna merah yang berasal dari sebuah patung dan hanya terbatas pada
kemampuannya untuk meraba bentuk patung tersebut dari tanganya, orang tuli
tidak akan mampu mengalami kesadaran tentang nada yang dikeluarkan dari gitar
tetapi hanya terbatas dari melihat posisi jari yang membentuk akor yang
dilakukan sang gitaris, dan lain sebagainya. Contoh orang buta dan orang tuli
itupun bersifat terbatas, sehingga ketika seseorang yang buta tiba - tiba dapat
melihat dapat dipastikan dirinya tidak bisa mengetahui apa warna merah, dan
orang tuli tiba – tiba dapat mendengar tidak bisa mengetahui nada yang
dimainkan sang gitaris. Ketika hal tersebut adalah benar, dalam pemikiran
fenomenologi Maurice Ponty, maka akan ada kemungkinan lainnya, bahwa ketika
seseorang yang sebelumnya memiliki kelengkapan tubuh dan kemampuan persepsi yang
utuh, kehilangan segala kemampuan persepsinya maka keadaannya pada saat itu
tidaklah berkesadaran, jika ada kesadaranpun kesadaran yang dirasakannya
bukanlah merupakan hal yang baru tetapi tak lebih dari memori yang diperoleh
dari persepsi masa lalunya.
Munculnya
konsekuensi ketiga
Penulis melihat
perkembangan manusia dalam teknologi yang mampu menciptakan sebuah teknologi
seperti protesa (tubuh buatan), dan lain sebagainya, memunculkan adanya
kemungkinan ketiga yaitu kemampuan teknologi yang ekstrim yang diciptakan untuk
mempersepsi total pada kesadaran seluruh manusia, sehingga kesadaran yang unik
dari keterbatasan perspektif tiap - tiap manusia sebagai individu yang hidup di
dunia menjadi hilang karena mampu dilebur menjadi satu. Kemungkinan hadirnya
teknologi telah diadaptasi dalam anime jepang sebagai Human Instrumentality Project.
Human Instrumentality Project
merupakan teori yang dihadirkan dalam salah satu anime jepang yang berjudul
Evangelion. Proses yang dilakukan manusia dalam anime ini adalah melebur
seluruh umat manusia dibumi menjadi satu entitas cairan, yang bertujuan untuk
mengisi kesadaran manusia satu dengan lainnya, yang berarti mampu menjadikan
manusia menjadi “Tuhan”. Dalam anime ini dikatakan bahwa manusia berusaha memiliki
persepektif utuh untuk mencapai tujuan utamanya yaitu mengisi celah primodial
antara tiap manusia yang dikatakan tidak bisa dilewati jika tidak melalui hal
tersebut dan berarti kesadaran yang mampu diterima dari hal yang unik bagi
dirinya sendiri bisa menjadi bersifat utuh dan total.
Penulis
melihat melalui kemungkinan ekstrim dari teknologi yang bisa menjadi
penghilangan bentuk kesadaran yang berasal dari tubuh milik Ponty yang sifatnya
unik bagi tiap - tiap orang dengan keterbatasan tubuhnya masing – masing. Di
sini fenomenologi Maurice Ponty yang membahas kesadaran dengan melihat manusia sebagai
individu – individu yang unik menjadi dapat dipertanyakan kembali. Ketika suatu
kesadaran adalah dari tubuhnya sendiri dengan segala keunikan tubuh dirinya,
maka jika ada teknologi yang memiliki kemampuan untuk melebur banyak tubuh, yang
secara individual memiliki kesadaran yang berbeda yang disebabkan dari adanya
kemampuan tubuh yang berbeda pula, maka hal tersebut mengijinkan adanya
kemungkinan kesadaran total yang bisa dimiliki tiap individu tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar