Page

Total Tayangan Halaman

Rabu, 05 Juni 2013

Kemungkinan persepsi total dalam fenomenologi Maurice Ponty melalui teknologi


UAS Fenomenologi
Oleh Adam Azano Satrio, 0906522861
Thesis statement
Kemungkinan persepsi total dalam fenomenologi Maurice Ponty melalui teknologi
Pendahuluan
Sebagaimana kita ketahui bahwa Maurice Ponty sebagai filsuf memasukan tubuh sebagai pintu awal memahami kesadaran di dunia. Dalam filsafatnya tidak mungkin ada bentuk kesadaran mutlak yang bersifat tidak menubuh yang mampu memahami kesadaran di dunianya. Keberadaan manusia dengan tubuhnya merupakan satu - satunya cara untuk memahami dunianya, sehingga kita bisa menyadari bahwa kehidupan dunia merupakan satu hal yang unik bagi tiap - tiap individu bertubuh.
Ketika kita bisa melihat cerahnya langit berwarna biru dipagi hari, ataupun menggunakan palu untuk memaku, kita melihat dan mengalami hal tersebut sebagai satu kesatuan yang hadir kepada kita secara sertamerta. Hal tersebut merupakan penyebab bahwa kesadaran manusia akan suatu hal pastilah bersifat dari apa yang mampu dilakukan oleh dirinya. Pengalaman menubuh yang diterima melalui tubuh kita, merupakan awal dari kesadaran yang mampu diterima dalam kegiatan kita mendunia.
Hal tersebut memang memberikan pernyataan masuk akal bahwa kesadaran manusia terkait dengan dengan keadaan dirinya sebagai mahluk yang menubuh dalam menjalani kehidupannya, namun penulis menemukan ada konsekuensi unik terlahirkan dari kemampuan manusia, yaitu teknologi, yang membawa fenomenologi Maurice Ponty dari bersifat kesadaran merupakan perspektif individu yang pada akhirnya unik dengan masing – masing menjadi kesadaran perspektif yang bersifat totalitas.
Dua konsekuensi awal
Kesadaran akan dunia tersebut yang diakses melalui tubuh menurut penulis memiliki dua konsekuensi, yang disebabkan keadaan manusia di dunia, yaitu keterbatasan waktu, ruang, dan kemampuan. Konsekuensi pertama adalah tiap orang menyadari suatu hal yang sama dengan kemampuan perspektifnya masing – masing yang berbeda dan yang kedua beberapa orang bisa tidak mengalami kesadaran sama sekali akan suatu hal dikarenakan perbedaan kemampuan tubuh yang dimilikinya.
Ketika beberapa orang mampu melihat cerahnya pagi hari dengan matanya, ataupun harumnya mawar melalui hidungnya, beberapa orang yang lain tidak mampu melakukan hal tersebut dikarenakan keterbatasan kemampuan tubuhnya. Mengikuti pemikiran Maurice Ponty tentang pentingnya tubuh sebagai bentuk awal kesadaran akan fenomena, maka orang buta tidak mungkin mampu mengalami kesadaran tentang warna merah yang berasal dari sebuah patung dan hanya terbatas pada kemampuannya untuk meraba bentuk patung tersebut dari tanganya, orang tuli tidak akan mampu mengalami kesadaran tentang nada yang dikeluarkan dari gitar tetapi hanya terbatas dari melihat posisi jari yang membentuk akor yang dilakukan sang gitaris, dan lain sebagainya. Contoh orang buta dan orang tuli itupun bersifat terbatas, sehingga ketika seseorang yang buta tiba - tiba dapat melihat dapat dipastikan dirinya tidak bisa mengetahui apa warna merah, dan orang tuli tiba – tiba dapat mendengar tidak bisa mengetahui nada yang dimainkan sang gitaris. Ketika hal tersebut adalah benar, dalam pemikiran fenomenologi Maurice Ponty, maka akan ada kemungkinan lainnya, bahwa ketika seseorang yang sebelumnya memiliki kelengkapan tubuh dan kemampuan persepsi yang utuh, kehilangan segala kemampuan persepsinya maka keadaannya pada saat itu tidaklah berkesadaran, jika ada kesadaranpun kesadaran yang dirasakannya bukanlah merupakan hal yang baru tetapi tak lebih dari memori yang diperoleh dari persepsi masa lalunya.
Munculnya konsekuensi ketiga
            Penulis melihat perkembangan manusia dalam teknologi yang mampu menciptakan sebuah teknologi seperti protesa (tubuh buatan), dan lain sebagainya, memunculkan adanya kemungkinan ketiga yaitu kemampuan teknologi yang ekstrim yang diciptakan untuk mempersepsi total pada kesadaran seluruh manusia, sehingga kesadaran yang unik dari keterbatasan perspektif tiap - tiap manusia sebagai individu yang hidup di dunia menjadi hilang karena mampu dilebur menjadi satu. Kemungkinan hadirnya teknologi telah diadaptasi dalam anime jepang sebagai Human Instrumentality Project.
Human Instrumentality Project merupakan teori yang dihadirkan dalam salah satu anime jepang yang berjudul Evangelion. Proses yang dilakukan manusia dalam anime ini adalah melebur seluruh umat manusia dibumi menjadi satu entitas cairan, yang bertujuan untuk mengisi kesadaran manusia satu dengan lainnya, yang berarti mampu menjadikan manusia menjadi “Tuhan”. Dalam anime ini dikatakan bahwa manusia berusaha memiliki persepektif utuh untuk mencapai tujuan utamanya yaitu mengisi celah primodial antara tiap manusia yang dikatakan tidak bisa dilewati jika tidak melalui hal tersebut dan berarti kesadaran yang mampu diterima dari hal yang unik bagi dirinya sendiri bisa menjadi bersifat utuh dan total.
Penulis melihat melalui kemungkinan ekstrim dari teknologi yang bisa menjadi penghilangan bentuk kesadaran yang berasal dari tubuh milik Ponty yang sifatnya unik bagi tiap - tiap orang dengan keterbatasan tubuhnya masing – masing. Di sini fenomenologi Maurice Ponty yang membahas kesadaran dengan melihat manusia sebagai individu – individu yang unik menjadi dapat dipertanyakan kembali. Ketika suatu kesadaran adalah dari tubuhnya sendiri dengan segala keunikan tubuh dirinya, maka jika ada teknologi yang memiliki kemampuan untuk melebur banyak tubuh, yang secara individual memiliki kesadaran yang berbeda yang disebabkan dari adanya kemampuan tubuh yang berbeda pula, maka hal tersebut mengijinkan adanya kemungkinan kesadaran total yang bisa dimiliki tiap individu tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar