Dominique Janicaud - On The Human Condition Review
Thesis Statement
Mempertanyakan kembali
konsep humanity dalam fenomena overcoming yang dilakukan manusia melalui
teknologi.
Metodologi
Dominique
Janicaud menggunakan metode fenomenologi, dengan berlandaskan dari kefaktaan bahwa
manusia hidup pada era dimana teknologi berkembang pesat dengan berbagai
posibilitas untuk merekayasa semua hal.
Proposal
Dominique Janicaud
membuka kembali pertanyaan dari sebuah fakta perkembangan teknologi manusia
yang semuanya bertujuan unutk aktualisasi keinginan manusia untuk melakukan overcoming, yaitu apakah itu humanity dan sampai sejauhmana
limitasinya?
Dominique Janicaud
membuka persoalan tentang bagaimana usaha manusia melakukan overcoming terhadap segalannya. Usaha manusia
untuk melakukan overcoming dengan
alibi mengupgrade nilai kemanusiaan dengan
melampaui keterbatasan manusia ditunjukan oleh Dominique Janicaud jika ditarik
penalarannya secara reductio ad absurdum
akan menghasilkan nilai yang bertentangan dengan tujuannya sendiri, yaitu
dehumanisasi.
Buku ini membuka
pembicaraan filosofis manusia dengan menggunakan pola pikir Martin Heidegger saat
membahas persoalan humanity yang salah
diartikan oleh Jean Paul Sartre dan Friedrich Nietzsche tentang superhuman. Kedua
pemikir tersebut menganggap bahwa usaha manusia adalah melakukan usahanya yang
bersifatnya transenden. Semua kegiatan peradaban manusia baik ilmu pengetahuan,
seni, dan lain sebagainya adalah usaha manusia untuk melampaui keterbatasannya,
atau overcoming.
Dominique Janicaud
memandang perkembangan teknologi yang memungkinkan dihasilkannya cloning,
artificial intelligent, dan lain sebagainya seharusnya membuat manusia mulai
mempertanyakan kembali, bagaimana humanity
bisa dikembangkan kembali dengan melihat perkembangan kehidupan sekarang.
Dominique
Janicaud mempergunakan kisah Frankenstein dan kisah tentang humanoid cyborg. Secara
ringkas ketika kita membaca kisah Frankenstein kita dapat mengetahui bahwa
ketika manusia menciptakan sesuatu being yang menyerupai manusia ada sebuah
ketakutan dari dirinya bahwa yang diciptakan akan menyerang kemanusiaan dan
merusak. Terciptanya Frankenstein merupakan kisah dimana manusia melakukan overcoming dengan menciptakan sesuatu
hal yang dapat melakukan tugas yang tidak bisa dilakukan manusia biasa, namun yang
Dominique janicaud ingin angkat dalam kisah tersebut adanya tragedi yang
dirasakan frankenstein yang sebenarnya memiliki perasaan dan akal tidak
mengetahui apa kesalahan dirinya sehingga harus diperlakukan tak lebih dari
monster. Selanjutnya tentang kisah humanoid
cyborg dimana seseorang dipasangkan peralatan teknologi yang membuat kekuatan
berfikir dan fisik dirinya lebih kuat dari manusia biasa, sampai pada suatu
waktu manusia tersebut mengalami kerusakan sistem didalamny, sehingga
mempertanyakan bagaimana tentang kemanusiaan tersebut.
Apakah kedua
kisah diparagraf sebelumnya adalah mitos belaka? Mungkin jika kita membicarakan
hal tersebut 2000 tahun yang lalu itu hal yang tidak mungkin, tapi jika kita
melihat potensi teknologi diera sekarang kita bisa memperbincangkan dan
merefleksikan hal tersebut. Pengembangan teknologi cloning yang diciptakan manusia, yang selalu diusahakan untuk
menghasilkan alternatif pengobatan. Pengembangan artificial intelligence yang dihasilkan dalam dunia komputer dan
teknologi robotika yang dikembangkan para insinyur. Serta alat yang selalu
dihasilkan untuk melakukan overcoming
keterbatasannya dengan alasan kemanusiaan, memiliki potensi yang bersifat pedang bermata dua.
Selain itu
persoalan humanity itu sediri
mengizinkan Dominique Janicaud untuk membahas permasalahan Inhuman dan superhuman. Dominique Janicaud menggunakan sejarah nazi
sebagai bahan refleksi, dimana pandangan tersebut membuat adanya advokasi pembenaran
dalam pembantaian etnis yang dianggap rendah dari golongan manusia.
Telah
terlihatlah bagaimana dalam kondisi manusia yang penuh dengan usaha untuk melakukan
overcoming terhadap semesta dengan
peralatan teknologi, berpotensi untuk merendahkan nilai kemanusiaan itu
sendiri, namun apakah hal tersebut mengizinkan manusia menjadi technopobia, ataupun
mengembalikan pemikiran humanisme yang konservatif? Dominique Janicaud
mengatakan, kita tetap perlu teknolgi namun harus bersiap untuk memikirkan
resiko usaha overcoming melalui sudut
pandang humanism yang lebih baru, atau yang sering dikatakan dengan Post-Humanism.