Judith butler C,H,S
Dalam pembahasan kali ini Judith butler berusaha untuk
melakukan diskursus, tentang hegemoni dari zizek, sebagaimana kita ketahui hegemoni
lebih sering dibahas sebagai pertarungan antara kelas, namun sedikit sekali
membahas tentang pertarungan sexualitas.
Judith butler berusaha untuk mengejar dan membongkar permasalahan hegemoni yang
akan bersinggungan dengan historisitas. Ketiga filsuf iini, yaitu slao zizek ,
ernest laclau, dan Judith butler, mempercayaain bahwa historisitas merupakan
suatu kontingensi, karena dengan adanya kontingensi tersebut mengijinkan adanya
diskursus, rethinking, serta daya kritis.
Hegemony traces
Dalam hal ini Judith berusaha mengkritisi pemikiran
tentang adanya universalitas dalam historisitas, dikatakan bahwa pemikiran yang
terlalu formalism dan positivis ini menyebabkan, kebuntuan akan adanya
kemungkinan untuk diskursus, dan seharusnya tidak ada hegemoni, sebab semua
telah terberi seadanya. Setelah kita mengijinkan keberpahaman kita tentang
historisitas maka persoalan selanjut pembahasan dilanjutkan dengan permasalahan
hegemoni. Hegemoni yang di ajarkan gramsci selalu melihat pertentangan antara
dua kelas, yang selalu di indentikan menjadi perjuangan buruh, semua
kebermungkinan political selalu dimasukkan didalamnya. Persoalan hegemoni itu
sendiri jika dipandang oleh zizek tidak hanya persoalan tentang kesadaran,
namun harus disadari sebagai kesadaran symbolic seperti lacan.
Namun
pada kali ini Judith ingin mempertanyakan tentang sexual difference, dimana itu
berada? Apakah itu termasuk persoalan hegemoni atau tidak? Apakah dalam
persoalan hegemoni sexual difference hanya sebagai atribut? Mengingat bahwa
hegemoni sering menempatkan sexual difference sebagai kota tua tak berpenghuni
yang tak pantas untuk di perebutkan, dan mengizinkan itu sebagai suatu yang
given. Disini Judith butler berusaha untuk memperluas horizon paradigm kita
terhadap hegemoni dan historisitas dimana ada ranah yang selama ini
dimarjinalkan yaitu sexual difference.
The doubling of
sexual difference
Pembahasan dilanjutkan dengan pertanyaan apakah ada
sexual, dengan meminjam teori kantian yang bersifat das ding an sich? Iya, jika
kita membahas tentang idealist, namun apa yang dapat kita bahas jika itu
bersangkutan dengan body? Body merupakan bagian bukan ideal namun
kontingensial, sehingga secara umum kita tidak dapat membahas dengan definisi
baku formalistic. Namun budaya berkata lain, selalu ada difference yang hadir,
atau mungkin dihadirkan, dengan menyatakan bahwa ada norma yang mengatur dalam
permasalahan body yang dimana norma tersebut dianggap sebagai persoalan yang
universal. Hal yang sederhana menurut pandangan penulis pribadi seperti
permasalahan pembagian toilet. Dikatakan pemikiran seperti ini terhadirkan
dalam pemikiran lacan, dimana dia menganggap bahwa kehidupan berkebudayaan
selalu dimainkan dalam tatanan simbolik yang bersifat mengakar dan menyeluruh,
termasuk persoalan body, yang pada akhirnya menjadi persoalan sexual
difference. Pembahasan akan sexual difference ini dianggap penting oleh Judith,
sebab para pemikir tidak tegas dalam sexual difference sebagai permasalahan
yang an sich, transcendent yang bersifat identitas, substansi, universal atau
persoalan social structure, yang sebenarnya bersifat kontingensi, tapi
kebanyakan orang menganggap hal tersebut sebagai hal essensial.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar