Page

Total Tayangan Halaman

Sabtu, 05 November 2011

Part kecil dari how to read lacan

                How to read lacan

Dalam salah satu film karya Marx Brother, Groucho, yang ketahuan berbohong mengatakan pernyataan ini “apa yang kau percaya ? ucapanku atau yang kau lihat?” ini adalah contoh bagaimana logika sosial yang absurd ini bekerja. Logika ini bekerja berdasarkan topeng sosial yang dikenakan pada seseorang dibandingkan pemahaman yang realistis terhadap individu tersebut. Inlah yang dikatakan oleh freud sebagai fethistest disvowal. Dimana kita mengetahui kalau yang dihadapan kita sekarang itu seorang individu yang buruk, tetapi kehidupan sosialkita memaksa kita untuk memperlakukannya secara hormat sebab orang lain itu merepresentasikan suatu simbol, sehingga yang dirinya katakan menjadi suatu “kebenaran.” Hal inilah yang menyebabkan kaum cynic percaya bahwa dari setiap suatu hal yang dikatakan terdapat sebuah fakta yang didalamnya yang lebih dalam dan terkesan ditutupi. Sehingga jika seseorang hanya fokus pada hal tersebut –dalam kasusini fakta-saja maka dia bisa kehilangan fakta lainnya. Inilah yang dikatakan oleh lacan sebagai les non dupes errent sebagai sesorang yang tidak langsung percaya saja dengan suatu labeling dari simbol tertentu. Pemikiran tersebutlah yang menyebabkan seorang pendeta korup yang mengajarkan oranglain untuk menjalankan kebenaran, dianggap suatu kebenaran karena pendeta tersebut menjadi simbol dari gereja yang dianggap memiliki kebenaran, walaupun kita menyadari secara individual pendeta tersebut munafik.
             Lacan pada akhirnya membagi menjadi 2 macam identity, yang pertama adalah symbolic identity dan yang kedua adalah psycologhical identity. Kedua hal tersebut dikatakan membuat jarak yang tak bias digabung. Seperti seorang yang diberikan status sebagai raja dan diberikan mahkotanya oleh lingkungan sosialnya, sehingga apa yang dikatakannya menjadi suatu sabda. Hal ini sebenarnya membuat seseorang memiliki jarak dengan psychology identity miliknya. Hal ini lah yang dikatakan sebagai symbolical castration, dimana saya telah “dikebiri” oleh symbol symbol yang diterapkan kepada diri saya.
            Jarak tersbutlah yang membuat seseorang tidak bias mengenal dirinya sendiri melalui topeng symbol tersebut. Proses mempertanyakan symbol yang melekat terhadap dirinya sendiri seperti pertanyaan kenapa saya dikatakan sebagai saya? Apakah itu semua hanya permasalahan title dan simbolik saja? Jika itu benar maka hal tersebut serupa dengan pernyataan Louis althausser tentang interpelasi idiologis. Maka saya terpanggil untuk menjadi sesuatu karena terpanggil terhadap ideology tertentu yang menyebabkan saya memiliki identitas melalui ideologi tersebut. Disini proses mempertanyakan permasalahan simbolik yang mengekang diri subjek disamakan seperti keadaan hysteria. Seperti pada kisah shakspear yang menceritakan Richard II dimana dia mempertanyakan lagi persoalan kenapa dia bias menjadi raja, apa yang membuat diri saya menjadi raja? Dan apa yang terjadi jika status raja saya dicabut?
            Permasalahan utama dalam hysteria adalah bagaimana kita bias memisahkan hasrat kita dengan hasrat orang lain terhadap diri kita. Maka pembahasan ini akan kita lanjutkan dengan rumusan lacan yang lainnya yaitu “hasrat seseorang merupakan hasrat terhadap hasrat orang lain”. Bagi Lacan kebuntuan utama dalam permasalahan hasrat manusia adalah adanya hasrat dari orang lain, baik secara subjektif maupun objektif, sperti hasrat terhadap yang lain, hasrat untuk menjadi hasrat bagi yang lain, dan yang paling utama memiliki hasrat yang sama dengan hasrat orang lain. Formula diatas tersebutlah yang menyebabkan jean piere dupuy mengkritik teori john rawls, yang mengijinkan terjadinya ketidakadilan selama yang berada “diatas” membantu yang berada “dibawah.” ,dikarenakan adanya inequality yang natural, dalam kehidupan social. Disini john rawls tidak melihat mengapa keadaan social menciptakan terjadinya kebencian, yang disebabkan karena ketidak adanya persamaan itu di maklumkan, sehingga saya berhak menyalahkan keadaan social terhadap keadaan saya. Teori yang dibawa rawls memberikan suatu keadaan palsu dimana ketika saya gagal dalam suatu persaingan dunia kapitalis, itu semua hanyalah masalah keberuntungan dan kesempatan saja, yang menyebabkan saya lebih mudah menerima segala sesuatu. Bahkan friedrich hayek menyatakan bahwa lebih mudah menerima perbedaan jika kita menganggap bahwa ada suatu kekuatan supranatural yang tak dapat kita prediksi. Ini adalah contoh dimana bagaimana symbol identity itu bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar