Page

Total Tayangan Halaman

Kamis, 11 November 2010

Resensi Buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid 2 Jaman Kuna

Eksotisme Kerajaan Hindu Buddha Di Tanah Nusantara


Judul buku : Sejarah Nasional Indonesia II
Penulis : Marwati Djoened Poesponegoro

Nugroho Notosusanto
Penyunting : Bambang Sumadio
Penerbit : BALAI PUSTAKA
Cetakan : 1993
Tebal : xxii+553 Halaman

Jangan sekali – sekali melupakan sejarah, begitulah wejangan Presiden Soekarno kepada rakyat Indonesia. Dalam pembentukan kebudayaan manusia sendiri, sejarah merupakan pembeda manusia dengan mahluk lainnya. Karena kitalah mahluk yang menyadari ruang dan waktu. Berbeda dengan hewan yang tidak menyadari “keterlemparannya” sendiri dalam ruang dan waktu. Sebagai manusia, kita adalah mahluk yang menyadari bahwa kita “terlempar” kepada ruang dan waktu tersebut, sesuai dengan pemikiran Martin Heidegger. Untuk membuktikan kesadaran manusia tersebut, dibutuhkan, sebuah aktifitas, dan salah satunya adalah penulisan sejarah.

Jika kita menengok tentang keadaan sejarah manusia itu sendiri, terutama di Indonesia, kita bias mengetahui bahwa pada mulanya kepedulian tentang sejarah di Indonesia ini secara sistematis dan penjagaan dokumen, dimulai oleh bangsa eropa yang mengadakan kontak dengan wilayah kita, baik era pra-nasionalis maupun era nasionalis. Disini sudah wajar akan terlihat analisa yang menggunakan landasan berfikir yang orientalis, yang terkadang bersifat arogansi barat. Karena itulah dibutuhkan suatu analisa yang menjadi antitesis dari analisa mereka, yaitu penulisan sejarah yang bersifat nasionalis, atau dalam kasus ini penulis lebih menyukai dengan kata “Indonesia Sentris”. Penulisan sejarah yang bersifat “Indonesia Sentris” ini, saya definisikan sebagai upaya rekonstruksi sejarah yang mengacu pada semangat nasionalis Indonesia, dengan berlandaskan metode sejarah pada umumnya, dengan tambahan kemandirian penulisan sejarah Indonesia , dengan pemahaman dan pemikiran yang sesuai dengan sudut pandang banga yang merasakan sejarahnya sendiri.

Kenapa saya anggap hal diatas itu penting? Ada dua alasan saya. Pertama, saya merasa, jika bangsa ini jika tak dilatih untuk berani menulis sejarahnya sendiri, ditambah dengan mempercayai, serta mengidolakan secara sepenuhnya pada pemikiran asing, akan menyebabkan pemujaan dan pengidolaan terhadap pemikiran asing tersebut. Hal tersebut bagi saya menyedihkan. Kedua, mengikuti prinsip dialektika Hegel yang menekankan pencarian sintesa. Dimana sejarah Indonesia yang bersifat “Indonesia Sentris” ini, merupakan antitesis dari tesis sejarah Indonesia yang di rekonsturksi pandangan orientalis. Diharapkan dapat menemukan suatu sintesa tersendiri. Sintesa ini diharapkan mendapatkan suatu versi dari sejarah yang lebih baik dari sebelumnya.

Sejarah Nasional Indonesia, bisa dikatakan sebagai buku “standar wajib” dalam pemahaman pertama untuk memulai kajian terhadap sejarah bangsa Indonesia ini. Buku Sejarah Nasional Indonesia ini dibuat oleh sejarawan Indonesia yang menyadari pentingnya menyadarkan manusia Indonesia tentang sejarah bangsanya sendiri, yang berdasarkan semangat kebangsaan Indonesia. Buku Sejarah Nasional Indonesia itu sendiri dibagi menjadi enam jilid. Jilid pertama membahas pada jaman prasejarah di Indonesia, jilid kedua membahas jaman kuna, jilid ke tiga membahas jaman pertumbuhan dan perkembangan kerajaan – kerajaan Islam di Indonesia, jilid keempat membahas abad ke Sembilan belas, jilid ke lima tentang jaman kebangkitan nasional dan masa akhir Hindia Belanda, dan jilid terakhir adalah jaman Jepang dan jaman Republik Indonesia. Yang penulis akan bahas saat ini adalah sejarah nasinal Indonesia jilid kedua dan edisi ke-4 cetakan kedelapan terbitan tahun1993.

Tebal, teoritis, dan komperhensif. Kira - kira itulah tanggapan pertama saya saat membaca buku tersebut. Buku yang menerangkan keadaan di Indonesia pada saat jaman kerajaan Hindu Buddha ini (awal masehi – 1500 masehi), memang sangat menarik. Hanya jika anda benar - benar tertarik uuntuk mengkaji keadaan peradaban pra-nasionalisme Indonesia. Beberapa teori dan fakta yang unik bisa kita temukan disini, salah satunya tentang keaslian tokoh Ken Arok, pemerintahan di Jawa yang bersifat kosmologinya sendiri. Selain itu buku ini juga memenceritakan sebagian perseteruan teori sejarah yang bersifat asing dan teori sejarah yang bersifat nasionalis. Seperti Wangsa Sailandra yang dipertanyakan asal usulnya. Selain itu pada beberapa halaman halaman akhir disediakan foto- foto prasasti, candi serta peta keadaan maritim nusantara pada saat itu.

Saya akan membahas buku ini secara sederhana dan menyertakan fakta–fakta yang unik, dengan tujuan menambah rasa keingintahuan agar memperdalam buku tersebut. Buku ini dibagi menjadi delapan bab. Bab pertama adalah berupa pendahuluan yang menceritakan keadaan nusantara baik hal geografis, ekonomi, dan politik internasionalnya. Bab kedua membahas kerajaan–kerajaan tertua yang ada di Indonesia, yaitu Kutai dan Tarumanegara. Bab ketiga menceritakan dua kerajaan di Sumatra, yaitu Sriwijaya dan Melayu, bab keempat menyinggung kerajaan Mataram yang berpusat di Jawa Tengah. Bab kelima membahas kerajaan Mataram yang berpusat di Jawa Timur. Bab keenam membahas kerajaan di pulau dewata Bali. Bab ketujuh membahas kerajaan Sunda. Dan bab terakhir membahas kerajaan terakhir sebelum masuknya kesultanan Islam yaitu Singhasari dan Majapahit.

Pada bab pertama diceritakan bagaimana kehidupan di Nusantara kita. Sebagaimana yang kita ketahui, kepulauan Indonesia terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan benua Australia, sering diumpamakan sebagai jembatan di antara kedua benua tersebut. Bahkan penelitian prasejarah menunjukan, bahwa dimasa lampau berbagai suku bangsa telah memasuki kepualauan ini. Dari daratan asia tenggara, ada yang berasal dari indocina yang menyebar ke Indonesia bagaian barat, dan ada juga yang datang dari kepulauan Filipina dan menyebar di Indonesia di bagian timur. Lalu sebagian bangsa-bangsa itu kemudian menyebar di kepulauan Pasifik dan Australia, bahkan ada yang mencapai kepulauaan Madagaskar. Selain itu kelebihan lainya dari Nusantara adalah letaknya yang berada di jalur perdagangan jaman kuna, yaitu jalur antara India dan China.

Kedua negeri tersebut dikatakan sebagai negeri yang memiliki hubungan erat dengan keadan nusantara pada jamannya. Hubungan dengan peradaban India sendiri dapat diketahui dari kerajaan di Indonesia yang mengenal sistem kasta, bahasa dan tulisan yang bercorak Sansekerta. Selain itu dalam hal perdagangan, mereka memperdagangkan kayu gaharu dan cendana yang berfungsi sebagai pengharum, sedangkan rempah–rempah sendiri yang menjadi barang incaran Eropa di Indonesia tak begitu menjadi komoditas penting di India, karena India sudah terkenal dengan pertanian rempah-rempahnya. Sedangkan dengan cina, hubungan internasionalnya lebih dikenal dengan hubungan internasional dengan alasan perdagangan. Hal ini menurut Wolters dapat diketahui dengan adanya pengiriman delegasi kerajaan Indonesia ke negri Cina dan sebaliknya. Selain itu dokumen tentang keadaan Nusantara pada jaman itu sering ditulis oleh penjelajah Cina. Dari hal tersebut kita dapat mengetahui bahwa nusantara pada jaman dahulu sudah dikenal oleh bangsa lainnya dan kekuatan maritimnya bisa menjadi pertimbangan.

Selanjutnya diceritakan tentang dua kerajaan yang dianggap tua di Nusantara ini, yaitu Kutai dan Tarumanegara. Kutai , kerajaan yang bercorak Hindu Buddha yang telah diakui di Indonesia sebagai kerajaan tertua di Indonesia, memiliki keunikannya sendiri. Yaitu penemuan kerajaan itu sendiri tidak terekam oleh para penulis tambo di daratan Cina, mengingat bahwa penulis Tambo Cina memiliki kebiasaan untuk mencatat hal unik yang ditemui dalam perjalanannya. Kerajaan yang terletak di Kalimantan timur ini memiliki peninggalan berupa arca Buddha dan prasasti atau yupa yang menceritakan silsilah keluarga kerajaannya tersebut.

Keunikan lainnya adalah dalam prasati tersebut dikatakkan bahwa raja pertama sebagai pendiri kerjaan Kutai itu sendiri bukanlah Kudunga yang memiliki nama tanpa usur india, melainkan Aswawarman. Apakah hal itu dikarenakan Kudunga tidak secara total memasukkan peradaban India dalam sistem kerajaannya, atau mungkin karena dia sendiri tidak berasal dari golongan Hindu murni (yang lahir dari orang tua beraga hindu)?

Kerajaan selanjutanya adalah Tarumanegara. Keberadaan kerajaan yang berada barat Jawa ini, dikatakan telah ditulis oleh ahli bumi Yunani kuno yaitu Claudius Ptolemaeus. Dengan mengatakan ada sebuah kota yang terletak di pulau Iabadiou, yang disesuaikan dengan bahasa sansekerta menjadi Yawadipa, yang berarti pulau Jelai, dan menurut para sarjana besar kemungkinan pulau yang disebutkan ini adalah pulau Jawa. Tarumanegara sendiri meninggalkan banyak prasasti, seperti prasasti Muara Cianten, prasasti Kebon Kopi, prasasti Jambu, prasasti Tugu, prasasti Pasir Awi.

Hal menarik tentang kerajaan ini adalah, ada kemungkinan bahwa kerajaan ini memiliki agama selain Hindu dan Buddha. Bersumber dari Fa Hsien, seorang pengembara Cina, dengan mengatakan dia menemukan ada suatu agama kotor di dalam perjalanannya. Para sarjana sendiri berpendapat, bahwa agama yang dimaksud adalah agama Siwa Pasupata tapi yang lebih menarik adalah pendapat yang mengatakan agama yang kotor itu adalah agama orang Parsi (= Majusi/Zoroaster). Karena melihat mayat diletakan begitu saja di dalam hutan, seperti dalam kebudayaan Zoroaster, yang menaruh mayat dalam bangunan tinggi yang disebut dekhmeh dan dibiarkan begitu saja. Jika benar, maka hubungan internasional taraumanegara bisa saja sampai dengan Persia.

Cerita pun beralih ke dua kerajaan Sumatra, Sriwijaya dan Melayu. Sriwijaya, adalah kerajaan di Sumatra yang dijumpai pertama kali dalam prasasti Kota Kapur di pulau Bangka. Prasasti yang ditinggalkan hanya 6 buah. Prasasti ini ada yang menceritakan ekspansi kerajaan seperti prasasti Kedukan Bukit, dan ada juga prasasti yang menceritakan keadaan sosial di kerajaan tersebut, seperti yang ditulis oleh prasasti Talang Tuo.

Kerajaan ini merupakan kerajaan yang ekspansinya bisa dibilang luas. Dari bagian barat pulau Jawa, sebagian besar pulau Sumatra hingga Malaya. Dikarenakan Sriwijaya berhasil menguasai selat perdagangan di selat Malaka maka krajaan tersebut bisa mendapatkan kekayaan dari pajak perdagangannya tersebut. Tapi yang menarik adalah hubungan politik kerajaan ini dengan Cina dan bagaimana mereka bisa mengamankan wilayah perdagangannya dari serangan para bajak laut. Dikatakan bahwa hubungan antara sriwijaya dengan Cina berjalan dengan erat, hal ini disebabkan perdagangan. Bahkan dikatakan Sriwijaya sampai mengirimkan upeti ke Kaisaran Cina dengan tujuan , agar Cina tidak berdagang di derah Asia Tenggara yang lain. Lalu dengan dikuasainya wilayah selat malaka maka Sriwijaya menyusun strategi yang unik untuk mengamankan wilayahnya dari perompak, yaitu dengan bekerja sama dengan sebagian perompak agar mengamankan wilayahnya itu sendiri dari perompak yang lain. Jadi Sriwijaya tidak perlu membuat divisi sendiri yang bertugas mengamankan jalur perdagangan tersebut.

Kerajaan lainnya adalah kerajaan Melayu. Kerajaan ini pertama kali dikatakan berada di Jambi tapi sumber- sumber selanjutnya mengatakan bahwa negeri ini di semenanjung tanah Melayu. Wilayah ini pertama kali dikuasai oleh Sriwijaya, namun pada akhirnya negeri ini memiliki kekuatannya sendiri. Sumber yang mengatakan keberadaan kerajaan tersebut berdasarkan Kisah Pamelayu, yang menceritakan ekspansi Negara Singhasari. Dan dikisah tersebut Melayu dikatakan sebagai suatu kerajaan yang berdiri sendiri.

Di pulau Jawa sendiri memiliki kerajaan yang unik yaitu kerajaan Mataram .Kerajaan ini mula-mula terletak di pulau Jawa bagian tengah yang kemudian ke Timur dan berdiri sekitar abad ke 8 dan ke 9 M. Kerajaan itu dikatakan didirikan Wangsa Syailandara. Hal ini diketahui dari prasasti Kalasan. Terdapat hal menarik dalam mencari darimana Wangsa Syailandara itu berasal. J.L. Moens memberikan teori bahwa Wangsa Syailandra itu berasal dari India selatan, yang semula berkuasa di Palembang, tetapi melarikan diri ke Jawa karena serangan Sriwijaya. Ada juga pendapat yang mengatakan bahwa Wangsa Syailandra itu berasal dari Kambodja, pendapat itu dikatakan oleh G. Coedes. Tapi pernyataan tersebut dibantah oleh R.Ng. Poerbatjaraka, yang merasa tersinggung dengan anggapan bahwa bangsa Indonesia hanya bisa didipimpin oleh bangsa asing. Dalam kerajaan Mataram ini terdapat dua kekuatan dinasti yang pernah memimpin kerajaan ini, yaitu wangsa Syailandra dan wangsa Sanjaya.

Kerajaan Mataram berpindah di Jawa Timur. Kerajaan ini dipimpin oleh Wangsa Isyana, dan ditemukan dalam prasasti Pucangan, yang dikeluarkan oleh raja Airlangga. Dinasti ini dimulai dari Mpu Sindok, yang dikatakan memindahkan kerajaan Mataram ke timur. Alasan kenapa kerajaan ini dipindahkan karena meletusnya gunung merapi yang luar biasa.

Dari era ini bisa kita prediksi, bahwa ada sistem birokrasi dalam pemerintahannya. Dengan menyebutkan ada jabatan dalam kerajaannya, seperti gusti, kalang, winkas, tuha wanua, parujar, hulair, hulu wras dan lain – lain. Memang belum ada bukti secara pasti, pekerjaan apa yang dilakukan dengan jabatan tertentu. Tapi berdasarkan arti katanya kita bias memperkirakan pekerjaan apa yang dilakukan. Seperti hulair, yang berarti hulu air, bisa dianggap sebagai orang yang berurusan dengan perairan atau irigasi desa. Tuha wanua, yang berarti orang yang dituakan bias diartikan sebgai orang yang memimpin suatu desa tersebut.

Bali Juga memiliki perannya dalam sejarah era kuna di Indonesia. Kerajaan ini tidak terdokumentasikan oleh kitab kitab sejarah cina. Sumber tersebut hanya dapat ditemukan di Bali sendiri. Raja yang pertmakali dikenal adalah Sri Kesariwarmmadewa, yang bersumber dari prasasti Belanjong.

Walaupun ajaran hindu sangat kental di Bali, tapi tidak serta merta melenyapkan kebudayaan keagaaman lokal, hal ini dapat dilihat dengan peti mayat (sarchophagus) yang dianggap leteh(kotor) malah disimpan dalam beberapa pura yang di anggap suci.

Kerajaan Sunda

Kembali kepualau Jawa, kerajaan yang dibahas buku ini adalah kerajaan Sunda. Sumber utama kisah kerajaan di tanah Sunda adalah Carita Parahiyangan. Cerita itu sendiri merupakan nama suatu naskah Sunda kuna yang dibuat pada akhir abad ke-16, yang menceritakan sejarah Tanah Sunda, utamanya mengenai kekuasaan didua ibukota kerajaan Sunda yaitu keraton Galuh dan keraton Pakuan. Naskah ini merupakan bagian dari naskah yang ada pada koleksi Museum Nasional Jakarta dengan nomor register Kropak 406. Naskah ini terdiri dari 47 lembar daun lontar ukuran 21 x 3 cm, yang dalam tiap lembarnya diisi tulisan 4 baris. Aksara yang digunakan dalam penulisan naskah ini adalah aksara Sunda.

Kerajaan di tanah Sunda ini bisa dibilang berada di tepian jaman peralihan kerajaan yang bersifat Hindu Buddha keera kesultanan Islam. Di kerajaan ini pulalah hubungan dengan bangsa Eropa telah masuk. Portugis diktahui pernah menjalin hubungan dengan kerajaan sunda yang diketahui bernama ratu samiam dengan tujuan menahan dari ekspansi dari Islam yang dipimpin oleh Maulana Hasanuddin yang dibantu anaknya maulana yusuf. Dari kejadian ini bias diketahui bahwa wilayah jawa terutama sunda kelapa telah menjadi pusat perdagangan yang metropolitan, dengan masuknya pengaruh agama islam dan Intervensi dari bangsa portugis dalam keadaan sosialnya.

Pada bab terakhir buku sejarah nasional Indonesia membahas tentang kerajaan Singhasari dan Majapahit.Kedua kerajaan tersebut adalah kerajaan terakhir era hindu Buddha dan juga yang terhebat pada masa sebelum Kesultanan Islam didirikan. Pada akhir masa kerajaam Kediri daerah Tumapel akan melahirkan kerajaan yang hebat yaitu kerajaan Singhasari. Siapa yang mendirikan kerajaan itu sendiri memiliki dua versi, yang pertama berdasarkan Kitab Pararaton dikatakan kerajaan itu didirikan oleh Ken Arok, pada saat itu Tumapel yang masih dibawah kekuasaan kerajaan Kediri memiliki seorang akuwu (pemimpin daerah) yang bernama Tunggul Ametung. Setelah berhasil membunuhnya, Ken Arok juga memperistri istri akuwu tersebut, yaitu ken dedes, dan juga berusaha membuat daerah Tumapel terpisah dari kekuasaan Kediri. Tapi menurut Kakawin Negarakretagama yang menjadi pendirinya adalah Rangga Rajasa Sang Girinathaputra, sebab dalam Kekawin tersebut tidak diceritakan kisah tentang Ken Arok.

Diceritakan bahwa Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 - 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan kawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275. Ia mengirim pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagaraantara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

Singhasari memilliki hubungan dengan kerajaan selanjutnya yaitu Majapahit . literatur Pararaton, Nagarakretagama,dan prasastiKudadu mengisahkan RadenWijaya cucu Narasingamurti yang menjadi menantuKertanagara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria Wiraraja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan diberi hak mendirikan desa Majapahit.Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singhasari, dan menyatakan dirinya sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.

Kerajaan Majapahit mencapai Punncaknya berada dalam masa kekuasaan Hayam Wuruk yang juga menghasilkan tokoh yang terkenal yaitu Gajah Mada.

Hayam Wuruk, juga disebut Rajasanagara, memerintah Majapahit dari tahun 1350 hingga 1389. Pada masanya Majapahit mencapai puncak kejayaannya dengan bantuan mahapatihnya, Gajah Mada. Di bawah perintah Gajah Mada (1313-1364), Majapahit menguasai lebih banyak wilayah.

Kekuasaan Majapahit meliputi Sumatra, semenanjung Malaya, Kalimantan, Sulawesi, kepulauan Nusa Tenggara, Maluku, Papua, dan sebagian kepulauan Filipina. Namun demikian, batasan alam dan ekonomi menunjukkan bahwa daerah-daerah kekuasaan tersebut tampaknya tidaklah berada di bawah kekuasaan terpusat Majapahit, tetapi terhubungkan satu sama lain oleh perdagangan yang mungkin berupa monopoli oleh raja. Majapahit juga memiliki hubungan dengan Campa,Kamboja, Siam, Birma bagian selatan, dan Vietnam, dan bahkan mengirim duta-dutanya ke Tiongkok.

Selain melancarkan serangan dan ekspedisi militer, Majapahit juga menempuh jalan diplomasi dan menjalin persekutuan. Kemungkinan karena didorong alasan politik, Hayam Wuruk memiliki keinginan untuk mempersunting Citraresmi (Pitaloka), putri Kerajaan Sunda sebagai permaisuri untuk rajanya. Pihak Sunda menganggap lamaran ini sebagai perjanjian persekutuan. Pada 1357 rombongan raja Sunda beserta keluarga dan pengawalnya bertolak ke Majapahit mengantarkan sang putri untuk dinikahkan dengan Hayam Wuruk. Akan tetapi Gajah Mada melihat hal ini sebagai peluang untuk memaksa kerajaan Sunda takluk di bawah Majapahit. Pertarungan antara keluarga kerajaan Sunda dengan tentara Majapahit di lapangan Bubat tidak terelakkan. Meski dengan gagah berani memberikan perlawanan, keluarga kerajaan Sunda kewalahan dan akhirnya dikalahkan. Hampir seluruh rombongan keluarga kerajaan Sunda dapat dibinasakan. Tradisi menyebutkan bahwa sang putri yang kecewa, dengan hati remuk redam melakukan "bela pati", bunuh diri untuk membela kehormatan negaranya. Kisah Pasunda Bubat menjadi tema utama dalam naskah Kidung Sunda yang disusun pada zaman kemudian di Bali. Kisah ini disinggung dalam Pararaton tetapi sama sekali tidak disebutkan dalam Nagarakretagama.

Meskipun penguasa Majapahit memperluas kekuasaannya pada berbagai pulau dan kadang-kadang menyerang kerajaan tetangga, perhatian utama Majapahit nampaknya adalah mendapatkan porsi terbesar dan mengendalikan perdagangan di kepulauan Nusantara. Pada saat inilah pedagang muslim dan penyebar agama Islam mulai memasuki kawasan ini.

Setelah saya membaca dan merangkum secara garis besar buku sejarah nasional Indonesia tersebut saya mengambil beberapa kesimpulan tentang keunggulan dan kekurangan buku tersebut.

Buku ini tergolong lengkap dalam penjelasan sejarah nusantara pada era kuna. Banyak hal yang detail yang jarang dibahas dalam buku sejarah pada umumnya dijelaskan disini. Seperti kerajaan di Bali yang jarang diketahui orang banyak, dan inilah yang menjadi perhatian saya. Saya sendiri yang baru menggeluti bidang sejarah sering terkejut dengan fakta sejarah, teori-teori dan rekonstruksi sejarah yang ditulis dalam buku ini. Seperti permasalahan asal usul Wangsa Syailandara.Karena yang saya ketahui masih berdasarkan satu sudut pandang, dan buku ini membuka sudut pandang saya lebih luas lagi. Buku yang ditulis oleh Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto, dkk ini, memang komferhensif dan mendetail, dan wajar saja menjadi buku sejarah standar yang harus dipelajari untuk memulai pemahaman tentang Indonesia. Selain membaca tulisan, di halaman terakhir buku ini, dimasukan juga gambar–gambar sebagai penghibur mata kita.

Tak ada gading yang tak retak, seperti juga buku ini. Menurut saya ada dua kelemahan buku ini.

Pertama, dalam hal judul buku secara umum, saya sendiri merasa bingung, jika kita membahas sejarah Indonesia secara nasional, kenapa memasukan kerajaan yang bersifat tribal atu kesukuan? Bukankah nasionalisme Indonesia dimulai dari era Boedi Oetomo yang sudah memisahkan semangat kesukuan? Lebih masuk akal menurut saya jika buku ini diberikan judul sejarah peradaban didaerah Indonesia dari keadaan pra-nasionalis hinggap pasca nasionalis.

Kedua, dalam segi pembahasaan buku ini sangat kaku dan baku. Sehingga orang yang tidak memiliki satu antara kedua hal ini, yaitu kegemaran atau tugas tentang sejarah, akan memilih untuk berhenti membaca setelah beberapa halaman. Menurut saya jika suatu buku yang teoritis bisa dibahasakan dengan cara ringan dan menarik tanpa menghilangkan teori – teori pentingnnya, itu adalah buku yang baik, sebab membuat semua kalangan tertarik untuk menambah pengetahuan tentang sejarah bangsanya sendiri. Karena salah satu kegunaan dari sejarah bangsa adalah menumbuhkan jiwa nasionalis dan patriotisme, dan bagaimana seseorang bisa mentalitas itu dibentuk? Jika saat membaca tentang sejarah bangsa sendiri, tidak bersemangat karena tak paham dan bosan.

Saya akui bahwa, buku ini memang pantas di anggap buku standar pemahaman sejarah Indonesia secara teoritis. Buku ini memang berguna jika anda sangat tertarik dengan sejarah kerajaan Hindu Buddha yang pernah ada di Indonesia, yang sangat kental dengan peperangan dan keeksotisan budaya Nusantara kita. Tetapi saya secara pribadi tidak akan menyarankan, bagi orang yang tidak suka membaca buku yang rijid dan kompleks untuk membaca buku ini.

8 komentar:

  1. Saya mau memesan buku Sejarah Nasional Indonesia dari jilid 1 hingga 6..
    Ada tidak??

    BalasHapus
  2. terimakasih mas buat infonya dan semoga bermanfaat

    BalasHapus
  3. mantap bos artikelnya dan sangat menarik

    BalasHapus
  4. makasih gan infonya dan salam sukses

    BalasHapus
  5. Yah begitulah, backlink dari google ini memang perlu untuk kita kejar dan kita dapatkan

    BalasHapus
  6. Menarik sekali, perlu saya coba ini.. kebetulan lagi cara tentang hal ini.

    BalasHapus
  7. Info menarik dan boleh sekali dicoba, Makasih buat infonya dan sukses selalu.

    BalasHapus
  8. Mau mendapatkan pelayanan yang baik dan ramah??? Modal Kecil bisa mendapatkan hasil yg luar biasa...

    BalasHapus